Bunda Harus Tahu Ciri Anak Alami Kekerasan Seksual
- REUTERS/Amit Dave/File
VIVA – Ini memang bukan hal yang asyik dibicarakan, saat makan bersama atau di mana pun. Tetapi, Anda perlu menyadari bahwa angka kekerasan seksual masih sangat tinggi.
Data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) menyebutkan, selama 2017 ada 2.737 laporan kekerasan pada anak dan 52 persennya merupakan kekerasan seksual.
Memahami bahwa buah hati Anda telah menjadi korban kekerasan seksual, mungkin menjadi hal paling menakutkan yang bisa dibayangkan. Namun, penting bagi orangtua untuk waspada akan tanda-tanda kekerasan, karena anak-anak seringkali tidak mau membicarakan tentang kekerasan.
Menurut Stop It Now!, kecenderungan untuk diam kemungkinan punya penyebab berbeda. Anak mungkin merasa bersalah, karena tidak mampu menghentikan kekerasan itu. Atau, mereka berpikir salah bahwa mereka membiarkan kekerasan itu terjadi, atau mereka pantas mendapatkannya.
Mereka mungkin merasa bingung, khususnya jika mereka mengalami kenikmatan fisik, atau kedekatan emosional saat kekerasan terjadi. Selain itu, keputusan diam mereka kemungkinan, karena pelaku sudah menyuap, atau mengancam untuk tidak memberitahukan kepada orang lain.
Dilansir dari laman She Knows, Kamis 4 Januari 2018, dua ahli menjelaskan bagaimana menghadapi situasi sulit ini dan mengambil langkah tepat, tanpa membahayakan anak lebih jauh.
Sydnie Dobkin, staf terapis di The Family Institute di Northwestern University mengatakan bahwa meski tanda fisik kekerasan seksual (lebam, luka, darah, dan sebagainya) bisa sangat jelas, tetapi ini jarang ada. Kebanyakan tanda dari kekerasan seksual muncul dalam perubahan perilaku dan emosional, seperti:
- Regresi, ketika anak yang sudah besar mulai berperilaku seperti anak kecil lagi seperti mengompol atau menghisap jempol.
- Menciptakan dunia baru pada bagian tubuh privat
- Menolak membuka baju di waktu yang seharusnya seperti saat mandi, tidur, buang air, atau mengganti popok
- Berpakaian berbeda (baik itu berpakaian berlebih atau tidak seharusnya)
- Meniru perilaku seksual dengan anak lainnya atau boneka
- Menunjukkan batasan yang buruk, misalnya terlalu kaku, atau santai dengan orang dewasa
- Menunjukkan perubahan mood yang mirip dengan gejala kecemasan dan depresi
- Menunjukkan perubahan pola tidur dan nafsu makan
- Menarik diri secara sosial
- Mengalami penurunan nilai, atau performa di sekolah
- Menunjukkan kewaspadaan yang meningkat dan berkomunikasi mengenai topik seks yang tidak sesuai untuk usianya
Jika buah hati Anda atau anak lain mengatakan pada Anda mereka mengalami kekerasan, atau pelecehan seksual, penting bagi Anda untuk tetap tenang dan santai, meski sangat sulit.
"Berterima kasih pada mereka karena sudah mau cerita, dan kumpulkan informasi penting mengenai kekerasan itu dan pelakunya tanpa membebani anak dengan banyak pertanyaan. Ciptakan ruang yang cukup aman bagi anak untuk mengutarakan semua perasaan dan emosinya," saran Mimoza Paloj, staf terapi di The Family Institute.
Penting juga untuk mengkomunikasikan ke anak bahwa kekerasan itu bukan kesalahannya, bahwa mereka dicintai dan penting dan mereka bisa mempercayai Anda untuk menjaganya tetap aman dan terlindungi.
Anda juga harus sesegera mungkin mengambil langkah penting untuk memastikan keamanan anak dari pelaku, melaporkan kekerasan itu pada pihak berwajib dan melakukan pemeriksaan medis jika diperlukan.