Pubertas Dini Picu Depresi pada Remaja
- Pixabay/ PublicDomainArchive
VIVA – Sebuah studi di Amerika Serikat mengungkap bahwa anak perempuan yang mengalami pubertas lebih dini kemungkinan besar akan mengalami depresi dan masalah perilaku. Masalah ini bahkan bisa bertahan hingga usia 20-an.
Para peneliti mempelajari kasus pada hampir 7.800 wanita yang mengalami menstruasi pertama mereka di rata-rata usia 12 tahun. Para wanita itu diwawancarai empat kali, dimulai dari usia sekitar 16 tahun dan berlanjut hingga usia sekitar 28 tahun.
Dan ditemukan bahwa gadis yang mengalami pubertas lebih dini dibandingkan kebanyakan gadis lainnya, memiliki peluang lebih besar mengalami depresi, dan gejala yang mereka alami semakin parah ketika beranjak dewasa.
Semakin muda usia menstruasi pertama, semakin kuat kaitannya antara pubertas dini dengan masalah kesehatan mental. Misalnya, peluangnya lebih besar bagi anak perempuan yang mulai menstruasi di usia 8 tahun dibandingkan usia 10 tahun.
Dengan pubertas yang lebih dini, anak perempuan juga berisiko tinggi mengalami masalah perilaku yang memicu perbuatan negatif seperti mencuri, berbohong, masuk gedung tanpa izin, dan obat-obatan terlarang. Bahkan dampak ini bisa bertahan hingga usia remaja dewasa.
"Menariknya, besaran kaitan antara pubertas dan permasalahan psikologis ini tetap stabil, artinya pubertas sangat terkait dengan gejala depresif dan prilaku antisosial saat masa remaja dan dewasa," ujar kepala penelitian Jane Mendle, peneliti di Cornell University di Ithaca, New York, seperti dikutip laman Reuters.
Mendle menambahkan bahwa kerentanan psikologis dari pubertas dini menetap lebih lama dibandingkan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti menuliskan dalam Pediatrics, perubahan besar dalam biologis, penampilan, persepsi diri, dan emosi berkombinasi membuat pubertas menjadi salah satu fase paling penting dalam perkembangan selama masa kehidupan. Meskipun pubertas bisa menjadi waktu paling menantang bagi semua remaja, ini bisa menjadi masa rentan bagi anak perempuan yang secara fisik menjadi matang lebih awal dibandingkan sebayanya.
Karena kematangan fisik berkaitan dengan perubahan dalam peran dan hubungan sosial, pubertas telah lama dikaitkan dengan kesulitan mengatasi perubahan baru dan penyebab stres dalam hidup. Serta perubahan dalam otak yang membuat anak-anak rentan terhadap masalah kesehatan mental dan perilaku.
Para peneliti memeriksa data dari National Longitudinal Study of Adolescent Health, sebuah studi representatif nasional yang melibatkan anak-anak dari berbagai ras, etnik, dan latar belakang sosial ekonomi.