Bunda dan Ayah, Ingat Jangan Kritik Anak saat Mereka Gagal
- Pixabay
VIVA – Prestasi anak tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri, peran orangtua juga punya andil dalam meraih prestasi. Saat Anda melihat anak tidak menonjol ketimbang teman-temannya, bisa jadi Anda pula yang menjadi salah satu penyebabnya.
Dijelaskan oleh psikolog anak dan keluarga, Tara de Thouars, masih banyak orangtua yang berpikiran bahwa sang anak tidak sehebat anak orang lain. Padahal hal pertama yang perlu diingat oleh setiap orangtua adalah setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing.
"Karena ketakutan, akhirnya anak ini dipaksa untuk sesuatu yang enggak sesuai minatnya," kata Tara dalam peluncuran Program Gemilang Anak Indonesia bersama Indomilk di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa, 12 Desember 2017.
Tak hanya itu saja, salah satu kebiasaan 'sayang anak' yang justru menghambat perkembangan potensi diri si kecil adalah ketakutan akan hal buruk yang terjadi pada sang anak. Ketakutan ini akhirnya membatasi sang anak untuk bereksplorasi.
"Kadang bukan anak yang membatasi diri untuk bereksplorasi, tapi orang tuanya," tambah dia.
Pasti di antara Anda pernah melarang sang anak untuk melakukan sesuatu karena akan berakibat buruk pada dirinya. Misal melarang anak bermain skateboard karena takut jatuh, atau bermain bola di lapangan karena takut kotor dan terkena penyakit. Padahal keinginan anak untuk bermain di atas, misalnya, adalah salah satu cara ia bahkan orangtua untuk melihat potensi dalam diri anak.
Selanjutnya, kritik. Hal ini tak jarang didapat anak saat ia gagal. Usahakan pada saat anak mengalami kegagalan dalam hal apapun, Anda justru memberikan semangat positif, bukan hanya sekadar mengkritik dan membuatnya semakin merasa tak punya kemampuan.
"Beri dukungan positif, jangan hanya sekadar kritik. Karena saat gagal, orangtua yang mendukung anak," tambah dia.
Terakhir, kebiasaan membanding-bandingkan anak dengan anak lain. Memotivasi memang jadi tujuan, tapi menurut Tara, jika terlalu sering cara ini justru akan menurunkan rasa percaya diri anak. Akhirnya, anak cenderung pasrah dan ogah berusaha lebih baik.
"Ketika orangtua membandingkan, maksudnya buat motivasi, tapi kalau terlalu sering membandingkan anaknya jadi pasrah dan enggak mau ngapa-ngapain. Jadi harus dibuat selembut dan positif mungkin agar anak enggak minder," kata dia.
Â