Penyakit Jantung Bawaan, Penyebab Utama Kematian Bayi
- Pixabay/woodypino
VIVA – Kasus gangguan atau kelainan jantung pada janin bisa terdeteksi saat masih di dalam kandungan. Ternyata, usia tertentu saat kehamilan menjadi usia krusial untuk memeriksakan kesehatan janin di kandungan.
Survei di tahun 2015, dari 4 juta bayi lahir yang hidup, 10 persennya mengalami penyakit jantung bawaan (PJB) yang artinya ada sekitar 4.000 bayi. Lebih detail lagi, seharinya ada 107 kasus PJB dan tiap 1 jam lahir 4-5 bayi dengan PJB.
"Hanya separuh dari bayi PJB yang lahir, yang bisa terdeteksi. Sisanya, tidak tertangani karena terlambat dideteksi. Maka, PJB ini menjadi penyebab kematian terbanyak pada bayi," ujar spesialis jantung anak, Prof. dr. Ganesja M. Harimurti, SpJP(K) Siloam Heart Institute kepada VIVA saat ditemui di Siloam Kebon Jeruk, Jakarta baru-baru ini.
Ganesja juga menuturkan, bayi yang lahir dengan PJB, 9 persennya alami kematian di bulan pertama kelahiran. Sisanya membutuhkan sokongan hidup dari alat dan obat medis.
"50 persen sisanya, bayi dengan PJB butuh intervensi. Ini yang membuat orang tua harus alami trauma karena biaya yang dipakai tidak sedikit dan membutuhkan mental yang kuat," jelasnya.
Untuk itu, ia menuturkan pentingnya menjalani antenatal care selama masa kehamilan. Dijelaskannya, USG mampu melihat sejauh apa kesempurnaan organ jantung terbentuk.
"USG umumnya bisa dipakai di usia kehamilan 5 bulan untuk mendeteksi jantung janin. Di usia itu, kita bisa melihat jantung terbentuk sempurna atau belum, karena normalnya, usia 3 bulan kehamilan maka jantung sudah terbentuk sempurna." (ase)