Anak Terlalu Aktif, Kapan Harus Diwaspadai?
- Pixabay
VIVA – Anak yang terlalu aktif, tidak bisa diam seperti tak pernah lelah memang bisa membuat orangtua kewalahan. Salah dalam menghadapi anak yang aktif, juga bisa berdampak buruk ke depannya.
Psikolog anak Roslina Verauli mengingatkan beberapa hal ketika menghadapi anak yang sangat aktif. Pertama, lihat usia anak. Pada anak usia 2-3 tahun, aktif bukanlah suatu masalah karena usia ini memang usia di mana anak tengah aktif-aktifnya.
"Anak usia 1,2,3 tahun memang fasenya, karena baru kemarin mereka bisa jalan jadi ingin eksplorasi, dan mematangkan gerakannya," ujar psikolog dengan sapaan Vera ini kepada VIVA.
Faktor kedua selain usia adalah lingkungannya. Apakah lingkungan rumahnya terbatas sehingga tidak memadai aktivitas gerak anak, atau media, setting, dan konteks bermainnya tidak mendukung aktivitas gerak.
Variasi kegiatan yang diberikan orangtua juga bisa berpengaruh, jika kurang bergerak maka anak menjadi lebih aktif. Sebaiknya, anak-anak memang harus selalu memiliki kegiatan aktif yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi kebutuhan geraknya.
"Kebutuhan anak memang sensor motor, yaitu mereka mampu membedakan bunyi, melihat perubahan cahaya dan warna, bentuk, tinggi, ukuran, dan segala macam. Manfaatnya berpengaruh pada atensi, konsentrasi, pemahaman tentang spasial yang kaitannya dengan kecerdasan emosi dan sosial," lanjut Vera.
Bergerak bagi anak memiliki relasi dengan orang-orang di sekitarnya, seperti bahasa, serta menstimulasi tumbuh kembangnya.
Namun, jika semua aspek di atas bukan yang menjadi masalah, maka orangtua perlu mengecek aspek emosi anak. Anak yang memiliki masalah emosional akan terlihat lebih aktif, atau yang sering orangtua anggap sebagai hiperaktif.
"Kalau memang aktif bergerak, tidak ada tujuan, seolah pakai motor tidak pernah berhenti, sehingga dia terhambat dalam bereksplorasi, bahasa, dan hubungan sekitar, jangan-jangan aktivitas geraknya yang berlebihan perlu dapat pemeriksaan pakar," ujar Vera.