Tiru Tren Pola Asuh Insta Mam, Bahayakah?
- Pixabay/Pexels
VIVA – Media sosial memiliki pengaruh besar terhadap gaya hidup saat ini. Sebut saja, gaya hidup para ibu muda yang memberikan perlakuan istimewa untuk para buah hatinya.
Mulai dari memamerkan gaya asuhnya pada buah hati, hingga fasilitas kekinian untuk anak dan gaya memberikan MPASI untuk putra-putrinya.
Tak ada salahnya memang, mengikuti gaya hidup para insta mam, apalagi demi tumbuh kembang buah hati. Namun, mengikuti tren itu, tentu butuh biaya yang cukup besar. Jika tak sanggup, akan berdampak buruk pada kondisi keuangan rumah tangga meskipun jika diterapkan memiliki manfaat untuk buah hati.
Psikolog keluarga, Sani Budiantini pun menyatakan, jika hanya sekedar mengikuti tren memberikan makanan bergizi seperti makanan organik untuk buah hati, hal ini masih bisa bermanfaat untuk kebugaran si kecil. Namun, jika gaya hidup memberikan fasilitas mewah seperti kereta bayi yang mahal ataupun mainan yang berharga selangit, ini tentu bisa menguras kantong.
"Kalau memang ada kebutuhan anak untuk konsumsi makanan organik dan keuangannya cukup membeli itu, manfaatnya lebih baik. Secara fisik anak lebih bugar dan sehat," ujar psikolog keluarga, Sani Budiantini, kepada VIVA, Jumat 17 November 2017.
Selain gaya hidup konsumsi makanan organik, tidak sedikit insta mam yang menganut gaya hidup berolahraga untuk anak-anaknya. Menurut Sani, kegiatan tersebut tentu berdampak positif bagi anak juga.
"Kegiatan olahraga anak atau berenang bersama, selagi semua kegiatannya positif, bisa berdampak baik secara motorik dan kognitif. Disertai prioritas orangtua yang menginginkan olahraga masuk dalam gaya hidup anaknya," terang Sani.
Kendati demikian, gaya hidup yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit itu, bukan hal yang wajib diikuti oleh para ibu muda. Semua kegiatan dan asupan makan, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keuangan keluarga yang dimiliki.
"Seandainya itu bukan prioritas ibu, tidak perlu ikut-ikutan apalagi kalau secara finansial tidak mampu. Intinya seorang ibu harus mampu mengukur kemampuan dan mencontoh hal positif, tetapi lihat kapasitasnya dalam keluarga."