Pentingnya Ajari Anak Hargai Makanan Sejak Dini
- Pixabay/vikvarga
VIVA – Masalah pengelolaan bahan pangan masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi Indonesia. Menurut data FAO, 13 juta metrik ton makanan terbuang setiap tahunnya, mulai dari proses hingga produksi.
Namun, hal ini sebetulnya bisa diatasi, salah satunya ialah dengan mengajak anak-anak untuk lebih menghargai makanan. Bukan hanya pada saat dikonsumsi, namun juga mengajari sejak dini cara memproduksinya.
Hal inilah yang diterapkan Gregor Hadi Nitihardjo, National Director SOS Children Village, sebuah organisasi non profit yang menyediakan pengasuhan untuk sekira 1.300 anak yang kehilangan pengasuhan orangtua. Dari rumah asuh, tiap anak diajari untuk menghargai makanan dari hulu hingga hilir.
"Mereka mengenal makanan sehat dari keluarga kecil mereka, kita sistemnya rumah keluarga di setiap rumah ada, mereka lihat, mereka mengenal makanan sehat ketika mereka besar mereka dilibatkan jangan sampai sudah gede baru dilibatkan," ungkap Hadi saat ditemui pada peringatan Hari Pangan Sedunia oleh Danone Indonesia, di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Minggu 22 Oktober 2017.
Dia mengatakan, proses menghargai makanan bagi anak bisa dimulai sedini mungkin. Hal ini bisa dimulai dari keseharian, maupun dengan sistem pengajaran yang terstruktur.
"Jadi itu sesuatu yang sangat alami dan terstruktur jadi mulai dari buku-buku, praktiknya semua datang secara alami sehingga secara dewasa mereka memahami," kata dia.
Sementara itu, Arief Mujahidin, Corporate Communication Grup Danone Indonesia sendiri juga sepakat bahwa hal itu penting untuk dikenalkan sejak dini. Menurutnya masalah yang bukan hanya persoalan makanan, tapi juga soal hak asasi manusia
"Biasanya hanya tahu mengonsumsinya saja karena, di Indonesia itu food waste-nya lumayan paling tinggi dari dunia, makanya generasi yang akan datang harus diajak berpikir bahwa beras itu butuh proses dan energi yang banyak," kata Arief.
"Kita harus menjelaskan kepada anak bahwa di setiap makanan yang kita makan ada enggak orang lain yang membutuhkan?"
Untuk itu pemahaman tentang pengelolaan pangan harus dimulai dari mata rantai pada saat diproduksi, hingga daur ulang.
"Kita harus kasih pemahaman kalau makanan bukan hanya ada current coat, tapi juga ada future cost yang juga harus dibayar," ungkap dia.