Potensi Psikopat Pada Anak Bisa Dilihat Dari Cara Tertawanya

Ilustrasi tertawa
Sumber :
  • Pixabay/Glukosala

VIVA.co.id – Salah satu tanda seorang psikopat ternyata bisa dikenali dari cara tertawanya. Dalam sebuah penelitian terbaru menemukan, anak laki-laki yang tidak merasakan dorongan untuk tertawa saat ada orang lain di sekitar mereka, mungkin berisiko mengembangkan sifat psikopat saat mereka dewasa. 

Ini Cara Mengatasi Tantangan Imunisasi di Daerah dengan Akses Terbatas

Diterbitkan dalam Jurnal Current Biology, penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki yang menunjukkan sifat-sifat yang mengganggu, di samping kurangnya emosi, juga kurang mendapat respons terhadap suara tawa.

Untuk mengumpulkan data tersebut, ilmuwan menganalisis perilaku 92 anak laki-laki berusia antara 11 dan 16 tahun.

Intervensi Nutrisi Tingkatkan Kesehatan Anak yang Kekurangan Gizi

"Sebagian besar penelitian terfokus pada bagaimana individu dengan ciri-ciri psikopat memproses emosi negatif dan kurangnya tanggapan mereka, mungkin bisa menjelaskan kemampuan untuk peka terhadap orang lain," jelas pemimpin penulis Essi Viding, yang mengajar di University College London.

Sementara 30 peserta dianggap menunjukkan perilaku normal, 62 sisanya diberi label mengganggu dan tidak berperasaan, yang oleh para ilmuwan dianggap sebagai ciri umum di antara individu-individu yang berisiko mengembangkan psikopati.

Kini Hadir Cara Mudah Pantau Kesehatan Anak

"Tidak pantas memberi label pada anak psikopat. Psikopati adalah gangguan kepribadian orang dewasa. Namun, kita tahu dari penelitian longitudinal bahwa ada beberapa anak berisiko tinggi mengembangkan psikopat, dan kita meneliti ciri-ciri yang menunjukkan risiko itu."

Semua anak laki-laki diuji atas respons kognitif mereka terhadap tawa, yang dipantau menggunakan MRI. Peserta mendengarkan berbagai klip tawa, termasuk saat-saat tertawa, tertawa terbahak-bahak dan tangisan, lapor Science Daily.

Para periset kemudian bertanya kepada mereka berapa banyak suara yang membuat mereka merasa ingin bergabung dan seberapa tulus mereka terdengar. Anak laki-laki itu menjawab dalam skala satu sampai tujuh.

Mereka menemukan bahwa orang-orang dari kelompok yang mengganggu dan tidak berperasaan lebih cenderung tidak tertawa saat orang lain menertawakan mereka.

Namun, Viding mengakui bahwa sulit untuk mengetahui apakah respons tertawa terhadap tawa adalah akibat langsung dari sifat mengganggu anak laki-laki. Dia menjelaskan bahwa temuannya memancing penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana psikopat terjadi pada anak-anak.

Dalam studi selanjutnya, timnya bermaksud untuk mengungkap apakah anak-anak yang mengganggu merespons dengan jelas wajah tersenyum, menampilkan kasih sayang dan ungkapan yang mendorong.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya