Tips Melarang Anak Merokok
- Pixabay/karosieben
VIVA.co.id – Belakangan ini usia perokok di Indonesia jauh lebih muda. Data yang dihimpun oleh Yayasan Lentera Anak menyebutkan bahwa, saat ini usia perokok paling muda berkisar pada usia 9 hingga 15 tahun.
Tak hanya itu, belakangan juga muncul dalam media pemberitaan yang menyebutkan ada salah satu anak berusia balita yang sudah akrab dengan kebiasaan merokok dan akan marah kepada orang tua jika mereka tidak diberikan rokok.
Rokok pun menjadi momok yang menakutkan terutama bagi orangtua, terlebih mereka tidak dapat memantau seratus persen kegiatan apa saja yang dilakukan oleh sang anak ketika tidak berada dalam pengawasannya.
Psikolog dari Universitas Pancasila, Aully Grashinta pun berbicara kepada VIVA.co.id, beberapa tips atau cara-cara yang bisa dilakukan oleh pihak orangtua, sekolah dan anak itu sendiri sehingga dapat terhindar dari pengaruh rokok.
1. Semua berawal dari rumah
Dirinya menuturkan bahwa, orang-orang yang ada di rumah harus memberikan contoh baik Ayah, Ibu, Kakak, Adik atau bahkan orang yang membantu mengurus rumah tidak mempertontonkan tindakan merokok.
"Jadi anak itu modelling dari lingkungan sehingga perlu dari lingkungan itu untuk mendukung anak untuk tidak merokok," tuturnya.
2. Menyibukkan anak dengan berbagai kegiatan
Ekstrakulikuler di sekolah salah satunya dapat menyibukkan si buah hati, dengan demikian, anak pun tidak akan sempat untuk merokok.
"Data menyebutkan dari 100 persen anak-anak didik di sekolah hanya sebesar 10 hingga 20 persen yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler lainnya tidak. Jadi kita harus membuat mereka sibuk melakukan banyak hal, sehingga gak ada waktu untuk memikirkan untuk merokok," paparnya.
3. Memiliki sikap yang tegas terhadap rokokÂ
Kita tahu bahwa, anak akan lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tuanya. Untuk menghindari pengaruh dari teman-teman, setiap anak harus memiliki bekal kepercayaan diri untuk menolak.
"Ekstremnya, jangan bergaul dengan teman-teman perokok, tapi ini tidak boleh sebenarnya," paparnya.
4. Banyaknya kemudahan akses bagi anak untuk mengetahui dampak buruk dari merokok
"Kampanye bahaya-bahaya juga harus di blow up supaya anak punya informasi yang seimbang baik dari sisi produk dan bahayanya dia jadi lebih punya dasar untuk menentukan," tukasnya.Â