40 Persen Anak Mulai Merokok karena Iklan
- pixabay/Kadie
VIVA.co.id – Kasus rokok di kalangan anak-anak kian mengkhawatirkan. Meskipun promosi rokok lewat iklan, baik televisi dan visual telah diatur lewat undang-undang, namun dampak negatifnya terhadap anak-anak masih bisa dirasakan.
Dari survei yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak pada tahun 2013 terhadap iklan rokok menunjukkan angka yang mengkhawatirkan tercatat 90 persen remaja terpapar iklan rokok dan tertarik dengan konten yang disajikan. Sementara itu, dari 90 persen tersebut, 40 persennya akhirnya mencoba merokok.Â
Upaya promosi dan sponsor event yang dilakukan oleh pihak perusahaan rokok dengan menjadikan anak-anak Indonesia sebagai target dinilai oleh Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari sebagai bentuk investasi jangka panjang perusahaan.
Dia menyebut, pada prinsipnya anak-anak yang dijadikan target pemasaran industri rokok karena industri rokok tidak ingin kehilangan bisnisnya, sebab orang yang sakit dan meninggal itu akan baru berhenti merokok, sehingga mereka perlu mencari perokok pengganti, yakni anak-anak.
Sebab, jika menjadikan orang dewasa sebagai target pemasaran, pihak perusahaan rokok dinilai hanya akan berjangka pendek. Jika anak-anak dari usia sembilan tahun sudah merokok, anak-anak itu tidak akan berhenti sampai dia menginjak umur 60 tahun, atau seterusnya, sebab rokok yang bersifat adiksi (kecanduan).
"Prinsipnya, rokok itu candu (adiksi). Kalau anak-anak dari kecil sudah merokok, itu sudah pasti menjadi investasi awal mereka kepada anak-anak semakin semakin tinggi jangka investasinya," ungkapnya, saat dikonfirmasi VIVA.co.id, dalam talkshow Industri Rokok Harus Berhenti Eksploitasi Anak, di Hotel Oria Jakarta Pusat, Rabu 23 Agustus 2017.
Terutama di daerah-daerah yang mana, katanya, anak-anak paling rentan sebagai target perusahaan rokok. Ini didasarkan kepada penelitian yang dilakukannya di 10 kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa, 70 persen industri rokok saat ini menggunakan spanduk untuk beriklan, ini dimaksudkan agar dapat menjangkau lebih dekat terhadap target yang biasanya di dekat sekolah, kampung, rumah-rumah.
"Data kami, 85 persen sekolah di lima kota di 2015, rokok beriklan di sekolah dengan target anak-anak jadi anak kita rentan dijadikan target industri rokok. Apalagi, mereka masih mencari jati diri dan rentan dipengaruhi melalui promosi atau iklan-iklan yang ada," ungkapnya. (asp)