Lewat IMD, Pemberian ASI Bisa Makin Lancar
- REUTERS/Christinne Muschi
VIVA.co.id – Air susu ibu atau ASI sudah banyak diketahui memiliki manfaat luar biasa bagi pertumbuhan bayi. ASI juga dianggap sebagai sumber makanan paling lengkap bagi bayi.
Sayangnya, pemberian ASI kepada anak-anak di Indonesia masih terbilang rendah. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Hanung Sugihantono, M.Kes mengatakan, menurut data Pemantauan Status Gizi 2016, hanya 54 persen yang memberikan ASI eksklusif.
"Ini masih jauh dari yang kita harapkan. Artinya, di sana ada hal lain yang diberikan pada bayi yang tidak baik sebelum waktunya," kata Anung saat jumpa pers di Gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2017.
Anung melanjutkan, pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang benar memang masih menjadi tantangan. Itulah mengapa, Kemenkes terus melakukan upaya edukasi terhadap masyarakat. Salah satunya yang dilakukan melalui peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS).
Melalui PAS, pemerintah terus menekankan bagaimana semua pihak bisa mendorong peningkatan indikator yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak dan mutu menyusui dalam siklus kehidupan untuk menambah tingkat kesehatan anak.
Dalam peringatan PAS tahun ini, tema yang diangkat adalah 'Sustaining Breastfeeding Together'. Tema ini bertujuan untuk meningkatkan pencapaian tentang pemberian ASI yang benar dan untuk itu memerlukan kerja sama semua pihak.
"Tidak hanya ibu, tapi juga semua hal yang berkaitan dengan ibu dan seluruh lingkungannya," tutur Anung.
Anung juga menyebutkan, indikator lain yang ikut menentukan keberhasilan ASI adalah program Inisiasi Menyusui Dini (IMD). IMD merupakan awal dari pemberian ASI secara benar. Namun, angka IMD di Indonesia juga masih belum mencapai angka yang diharapkan.
Dari data Pemantauan Status Gizi 2016, IMD baru mencapai angka 51,8 persen. Artinya, masih ada 48,2 persen yang tidak melakukan.