Cara Makan BLW pada Bayi, Amankah?
- Pixabay/ avitalchn
VIVA.co.id – Pemberian makanan pengganti Air Susu Ibu, atau MPASI diberikan pada bayi yang sudah berusia lima bulan. Pada usia ini bayi mulai belajar mengonsumsi makanan selain asi yang biasanya dianjurkan oleh para dokter untuk diberikan dalam bentuk puree, atau bubur halus (Responsive Feeding).
Namun, beberapa waktu belakangan, timbul kontroversial di kalangan orangtua mengenai metode yang berbeda dalam memberikan MPASI, karena munculnya konsep MPASI BLW (Baby Led Weaning).
Dilansir dari laman attachmentparenting, Jumat 21 Juli 2017, BLW menjadi salah satu cara pemberian MPASI pada anak yang cukup populer.
Pada metode MPASI jenis ini bayi dibiarkan mengeksplorasi makanannya, termasuk memutuskan sendiri seberapa banyak yang akan ia makan. Tidak ada aktivitas suap-menyuap oleh orangtua, atau pengasuh.
Makanan yang diberikan pun tidak berupa bubur, atau puree, tetapi seperti makanan lunak yang dianjurkan, namun langsung dalam bentuk finger food (yang bisa dipegang oleh tangan bayi) misalnya brokoli atau wortel kukus.
Selain itu, jika pada metode Responsive Feeding bayi disuapi dan didampingi oleh orangtua, pada BLW, bayi dipersilahkan mengeksplorasi makanannya sendiri. Bayi sendirilah yang menentukan mulai berapa banyak yang ia makan sampai berapa lama waktu makannya.
BLW merupakan suatu metode yang diperkenalkan oleh spesialis anak Gill Rapley dan Tracey Murkett di Amerika. Tujuan metode ini untuk membiarkan bayi untuk memimpin seluruh proses, menggunakan naluri, dan kemampuan mereka dalam hal menangani makanan.
Selain itu, metode ini dikatakan dapat melatih self-control anak untuk menentukan jumlah makanan yang dibutuhkan. Alasan lain adalah karena waktu makan bayi BLW sama dengan keluarga yang lain, dianggap dapat membuat anak lebih dekat dengan keluarga dan membuat proses makan lebih menyenangkan sehingga diharapkan kelak anak jadi tidak sulit makan.
BLW juga punya risiko bagi si buah hati
Meskipun dikatakan baik untuk perkembangan motorik anak, namun metode ini memiliki risiko. Pada Responsive Feeding, bayi mengosumsi makanan cair karena fungsi organ mulut mereka belum bekerja maksimal. Seperti mengunyah dan menelan, sehingga pemberian makanan cair bisa secara optimal memenuhi tak hanya kebutuhan nutrisinya, namun menghindarkan mereka dari tersedak.
Beberapa penelitian mengenai BLW sudah dilakukan oleh beberapa negara. Pada beberapa responden, BLW berdampak pada tersedaknya bayi karena belum optimalnya fungsi organ mulutnya.
Di lain sisi, BLW juga memberikan dampak positif pada motorik anak. Dengan BLW anak mampu mengenali tekstur dan saat menggunakan fungsi organ mulutnya lebih baik.