Kisah Rohani dan Tandu Penyelamat Persalinan Ibu
- VIVA.co.id/ Adinda Permatasari
VIVA.co.id – Angka kematian ibu karena proses kehamilan, melahirkan, dan nifas masih sangat tinggi di Indonesia. Sebagian besar dari kasus kematian ibu terjadi di daerah-daerah terpencil, di mana pengetahuan mengenai risiko kehamilan masih sangat rendah.
Namun, di antara minimnya pengetahuan dan fasilitas kesehatan, muncul sosok-sosok luar biasa yang mengabdikan dirinya menolong para ibu. Salah satunya adalah Rohani Dg Tene.
Rohani adalah perempuan tangguh yang telah mendedikasikan lebih dari 20 tahun hidupnya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya ibu hamil.
Rohani adalah sosok perempuan sederhana yang tinggal di Desa Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pendidikannya boleh saja hanya SMP, tetapi ia punya kesadaran tinggi akan pentingnya kesehatan bagi ibu hamil.
Sejak 1993, ia sudah menjadi kader Posyandu dan PKK di desanya. Ia tidak pernah lelah mengingatkan ibu hamil, agar memeriksakan diri ke Puskesmas dan melahirkan di sana.
Maklum saja jarak desa ke Puskesmas mencapai 4-5 kilometer dan setengah jalannya tidak bisa dilalui kendaraan, karena terjal dan bergelombang. Maka, Rohani berinisiatif membuat tandu untuk mengantar ibu melahirkan ke Puskesmas.
"Banyak ibu yang tidak melahirkan di Puskesmas, tetapi di rumah karena tidak ada yang bantu. Kalau mereka melahirkan di Puskesmas ada pertolongan kesehatan, jadi berbeda, bisa diberi obat. Jadi, tidak ada pendarahan," ujar Rohani, saat menerima penghargaan Heroines of Health di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu 12 Juli 2017.
Perjuangan Rohani mengajak ibu agar mau ke Puskesmas tidak selalu berjalan lancar. Ia sempat menerima penolakan dan dicibir banyak orang. Tetapi, keinginan Rohani agar tidak ada ibu melahirkan yang meninggal membuatnya pantang menyerah.
Banyak pula ibu hamil yang enggan diajak ke Puskesmas, karena malu sudah punya banyak anak. Meski begitu, Rohani tidak berhenti membujuk dan menawarkan diri menemani ibu itu ke Puskesmas.
"Kalau pasien sudah sampai di Puskesmas lega rasanya," kata Rohani.
Berjalan kaki 2 jam ke Puskesmas
Meski harus mengurus suami dan enam orang anak, tetapi Rohani selalu memprioritaskan menolong ibu yang akan melahirkan. Bahkan, suaminya tak segan menggantikan memasak dan mencuci, ketika Rohani harus mengantar ibu melahirkan ke Puskesmas.
Untuk menuju Puskesmas pun, Rohani harus melalui perjalanan yang berat. Ia harus berjalan kaki selama sekitar dua jam untuk mencapai Puskesmas dengan medan perjalanan yang sulit.
Anak-anaknya juga sering membantunya menggendong tandu yang dibuat dari dua buah kursi plastik yang diikat dengan tali dan dikaitkan dengan bambu. Beruntung, setiap ibu melahirkan yang dibawanya selamat dan melahirkan dengan lancar.
"Saya selalu iba melihat ibu yang melahirkan di rumah, biasanya sering mengalami pendarahan. Kalau di Puskesmas lebih aman, ada bidan yang menolong," ujarnya.
Atas dedikasinya itu, Rohani pun dinobatkan sebagai salah satu wanita dalam "Heroines of Health", sebuah apresiasi kepada perempuan dalam industri kesehatan yang diinisiasi oleh GE Healthcare dan Women in Global Health.
"Rasanya bangga, bersyukur, terharu, dan berterima kasih," ungkap Rohani atas penghargaan yang diterimanya.
Lewat penghargaan ini pula, Rohani bisa berkesempatan mengunjungi Jakarta untuk pertama kalinya. Pengalaman ini, kata Rohani, menjadi pengalaman paling berkesan selama hidupnya. (asp)