Trik Redam Anak Berperilaku Buruk di Medsos
- Pixabay/PublicDomainPictures
VIVA.co.id – Penggunaan teknologi semakin luas. Bahkan, berkat canggihnya dunia tekologi, semakin banyak pula penggunaan media sosial tanpa batas.
Namun, yang mengkhawatirkan, penggunaan media sosial ini justru banyak dimanfaatkan oleh anak-anak yang belum sesuai dengan usianya. Tidak jarang pula kini banyak anak-anak yang suka menggunakan media sosial untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Psikolog Untung Subroto Dharmawan mengungkapkan, penggunaan media sosial seharusnya bisa dikendalikan. Jika anak bisa berperilaku yang tak sesuai usianya di media sosial, itu kembali lagi pada bagaimana orangtua memberikan kebebasan pada anak.
"Siapa yang memberi gadget? Orangtua. Kemudian, siapa yang bisa membatasi akses? Orangtua. Harus diingat bahwa perlakuan anak disebabkan karena faktor mencontoh dari orang dewasa yang disebut modelling," jelas Untung kepada VIVA.co.id.
Jika orangtua sudah memfasilitasi anak dengan gadget dan akses internet, maka jangan kaget jika anak bisa praktik langsung dan mengakses media sosial. Apalagi jika di sekelilingnya juga bebas mengakses media sosial, maka dia akan banyak mencontoh dari sana.
Meski demikian, kita juga tidak bisa menyalahkan begitu saja orangtua. Bagaimanapun hal yang sudah terlanjur terjadi tidak bisa diulang kembali. Tapi, kata Untung, bagaimana kita kemudian mengedukasi anak.
"Misalnya, ketika anak ketahuan melakukan, itu bisa menjadi jendela kita untuk masuk mengedukasi," kata Untung.
Orangtua bisa memulai dengan melakukan pendekatan halus kepada anak, lalu perlahan masukan nilai edukasi padanya. Orangtua pun boleh juga ikut belajar bermain media sosial supaya anak juga tahu kalau orangtua mereka juga tahu media sosial. Kemudian orangtua bisa mengatur bagaimana bermain di media sosial.
Untung juga mengingatkan, menjadi orangtua haruslah pintar. Caranya adalah dengan banyak membaca. Jika anak 'melek' teknologi, orangtua pun harus demikian. Karena jika tidak, anak akan mencari informasi dari tempat lain.
Ini akan menjadi bahaya ketika anak mendapatkan informasi dari tempat atau orang yang salah. Anak, kata Untung, sangat menyerap apa yang disampaikan dari orang yang dianggapnya sebagai role model. Jika role model-nya tidak baik, termasuk orangtua, maka jangan salahkan anak jika dampaknya juga tidak baik.