Dampak Baik Teknologi untuk Anak Sekolah Dasar
- Pixabay/Public domain pictures
VIVA.co.id – Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan sudah banyak diterapkan oleh beberapa sekolah di kota maupun kabupaten. SPM dinilai mampu menjadi tolak ukur dalam membangun sistem pendidikan menjadi lebih baik.
Sejak diperkenalkan di tahun 2004, SPM menjadi kunci kebijakan di Indonesia dengan tujuan meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Dituturkan Sekjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Thamrin Kasman, S.E., M.Si., pelayanan yang terstandardisasi merupakan hak mutlak pada setiap warga negara.
"Bicara layanan berarti bicara mengenai standar atau ukuran. Itu adalah hak mutlak setiap warga negara dan harus ditanggung oleh urusan pemerintah. Esensi standar minimal ada dua yaitu mengukur kinerja sesuai tugas dan UU dan pijakan untuk menuju standar nasional," ujarnya dalam media diskusi KOPI DARAT, di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu 3 Mei 2017.
Salah satu standar yang berkembang yakni melalui teknologi. Adanya kehadiran teknologi, diyakini Thamrin, dapat mempermudah proses evaluasi kinerja pemerintah daerah setempat dalam memberikan hak kepada anak yang duduk di bangku sekolah dasar.
"Semakin berkembangnya IT, yang bisa merespons tiap aktivitas, sebetulnya kinerja itu akhirnya bisa dievaluasi siapa saja. Karena mereka bisa mengevaluasi sendiri, maka langkahnya dapat diukur sendiri pula," kata Thamrin.
Langkah konkret yang telah dilaksanakan melalui perkembangan teknologi yakni di sekitaran daerah istimewa Yogyakarta. Dituturkan Rahayu, Kepala Sekolah SDN 1 Maguwoharjo, melalui teknologi, absensi para guru dapat didata dengan cepat.
"Fingerprint itu mempermudah kami untuk mendata jumlah total waktu para guru dalam mendidik anak-anak, karena anak harus mendapatkan haknya dalam menerima pendidikan yang sesuai dengan kebijakan," kata Rahayu.