Gigi Tak Rata Bisa Sebabkan Kematian Dini pada Anak?

Selain karena faktor genetik, struktur dan bentuk gigi dapat berubah karena adanya kebiasaan buruk.
Sumber :
  • pixabay/mojpe

VIVA.co.id – Jika buah hati Anda memiliki gigi yang berantakan atau tidak rata, ini bisa memicu masalah yang lebih besar lagi.

Fasilitas Ramah Anak di Klinik Gigi, Investasi untuk Kesehatan Jangka Panjang

Meskipun kondisi ini bisa diatasi dengan penanganan dokter gigi secara intensif, namun menurut sebuah penelitian baru, kondisi ini menunjukkan tanda terjadinya kematian dini.

Dikutip laman Daily Mail, bagaimanapun satu gigi diperbaiki dan disamakan dengan gigi lainnya, hal ini menunjukkan adanya stres di awal kehidupan.

Anak Usia 8-11 Tahun Paling Kritis Terhadap Masalah Gigi Permanen, Ini Penyebabnya Menurut Dokter

Beberapa studi juga berulangkali menunjukkan bahwa kondisi ini membuat anak lebih rentan mengalami diabetes, penyakit jantung, dan kanker di masa tuanya.

Berat lahir rendah telah lama dianggap sebagai cara terbaik dalam mengidentifikasi stres di kehidupan pertama anak, karena seringkali ini menjadi tanda dari nutrisi yang buruk di rahim ibu.

Cara Seru Mengedukasi Si Kecil soal Kesehatan Gigi

Berat lahir rendah juga bisa mengindikasikan masalah kesehatan atau penggunaan berlebihan bahan tertentu oleh ibu, faktor genetik, dan masalah dengan plasenta.

Akibatnya, beberapa bayi bisa menderita sakit di awal kehidupannya atau mengalami berbagai infeksi. Mereka juga rentan terkena penyakit kronik seiring tumbuh dewasa.

Anak lainnya kemungkinan juga bisa menderita masalah jangka panjang seperti perkembangan motorik dan sosialnya terlambat atau masalah kemampuan belajar yang terhambat.

Tapi ini hanyalah penanda dari harapan hidup sejak lahir, sekitar 280 hari. Jauh lebih singkat dari pengukuran berguna untuk 1.000 hari kehidupan pertama anak.

Karena itu, sejumlah peneliti dari University of Washington meyakini bahwa gigi yang tidak rata, yang disebabkan oleh rahang yang tidak sejajar, bisa menjadi pengukur yang lebih akurat.

"Tengkorak dan gigi asimetris telah puluhan tahun digunakan oleh para antropolog untuk menandai adanya stres lingkungan, tapi hal ini sangat jarang digunakan pada populasi hidup. Seperti asimetris di bagian bawah wajah bisa diukur dengan melihat bentuk gigi pada gigi permanen," jelas peneliti utama Dr Philippe Hujoel.

Cara ini, lanjut Dr Hujoel, merupakan pengukuran yang bisa diselesaikan dalam waktu lebih singkat dan lebih pasti dibandingkan dengan meminta ibu mengingat lagi berat lahir anak. Serta lebih memudahkan dibandingkan mencari akta lahir.

Setelah menganalisis data dari 6.654 anak, para peneliti menemukan bahwa satu dari empat anak mengalami keasimetrisan ini.

Namun, mereka harus menggunakan data dari tahun 1970-an karena survei di Amerika Serikat tidak menganggap nilai dari asimetris wajah setelah poin ini.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di American Journal of Human Biology.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya