Kenali Kepribadian yang Rentan Alami Gangguan Makan
- Pixabay/bohed
VIVA.co.id – Gangguan makan atau eating disorder merupakan masalah serius dan bisa berakibat fatal. Namun kebanyakan penderita gangguan ini cenderung menyembunyikan masalahnya dan menganggap bukan masalah besar.
Gangguan makan meliputi anoreksia nervosa, bulimia nervosa, serta binge eating. Selain itu, ada pula penyimpangan pola makan yang menyebabkan kenaikan berat badan tidak sehat serta mempengaruhi kesehatan seperti compulsive overeating, emotional eating, yoyo syndrome, dan social eater.
Tidak bisa dipastikan apa penyebab munculnya gangguan makan. Pada sebagian orang timbulnya gangguan makan bisa merupakan gabungan beberapa faktor. Psikolog Tara Adhisti de Thouars menjelaskan, gangguan makan bisa terjadi secara bertahap, seperti proses trial and error.
"Seperti bulimia, pertama mencoba sekali untuk memuntahkan makanan, dia merasa enak. Makan banyak tidak khawatir gemuk. Kemudian dia coba lagi, hingga lama-lama siklusnya makin kencang dari tiga, lima, hingga 10 kali," ujar Tara kepada VIVA.co.id.
Begitu pula dengan anoreksia, dia menahan makan sekali kemudian merasa ada kenyamanan pada dirinya. Lalu diet itu menjadi kebablasan dan harus segera diambil tindakan.
Ada beberapa hal yang memicu timbulnya gangguan makan ini. Antara lain kasus bullying di mana dia diejek karena bertubuh gemuk. Akhirnya terbentuk pola pikir bahwa jika gemuk dia tidak akan punya teman.
Beberapa kondisi yang membuat orang rentan mengalami masalah seperti itu di antaranya adalah orang dengan kepribadian over perfectionist atau disebut juga dengan orang yang memiliki harapan dan keinginan yang tidak masuk akal akan dirinya sendiri maupun orang lain.
Orang seperti ini, kata Tara, rentan mengalami anoreksia. Sedangkan orang yang memiliki kepribadian over imperfection merasa sangat cuek dengan dirinya sendiri dan orang lain sehingga akan sangat rentan memiliki pola makan yang buruk dan tidak terkendali.
"Jadi gangguan makan itu ada di ekstrem kanan atau kiri. Tidak ada yang di tengah-tengah. Antara dia makan banyak atau makan sedikit sekali," imbuh Tara.
Gangguan makan paling banyak menyerang perempuan karena tuntutan sosial umumnya banyak tertuju pada perempuan. Selain itu, faktor eksternal seperti keluarga, mood, emosi kacau balau sehingga menjadi makanan menjadi pelarian dan membentuk konsep diri yang negatif.