Kenali Tanda-tanda Gangguan Makan pada Anak
- Pixabay
VIVA.co.id – Gangguan makan atau eating disorder masih menjadi gangguan yang tidak dianggap penting di tengah masyarakat Indonesia. Selama ini gangguan makan seringkali diasosiasikan dengan percobaan menurunkan berat badan melalui beragam program diet. Padahal, gangguan makan merupakan masalah yang lebih fatal bahkan jika didiamkan bisa berakibat kematian.
Indonesia sendiri menurut sebuah situs yang memperhatikan perkembangan gangguan makan di dunia menempati urutan keempat penderita gangguan makan terbanyak. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini cukup serius ada di negara ini.
Gangguan makan tidak bisa diperbaiki dalam waktu singkat. Butuh terapi bertahap dan dengan jangka waktu yang bisa mencapai tahunan. Karena itu, orangtua harus bisa melihat dan mengenali gejala gangguan makan ini pada anak mereka.
Menurut psikolog dewasa klinis dari klinik lightHOUSE, Tara Adhisti de Thouars, orang yang mengalami gangguan makan pasti akan mengalami perubahan prilaku dalam kehidupannya. Jika sebelumnya dia anak yang ceria, dia bisa berubah menjadi pendiam dan pemurung.
"Dari yang biasanya pintar, sangat bersosialisasi, begitu mengalami gangguan makan dia berubah. Orangtua bisa melihat, kamu banyak berubah, dari yang terbuka kok jadi tertutup, dulu mau main sama teman, sekarang tidak, ada apa?" ujar Tara kepada VIVA.co.id.
Sebaiknya orangtua bisa menggali masalah itu dan bukan dengan cara memberikan 'judgement'. Jika orangtua terkesan menyalahkan apa yang dilakukan anak, maka anak akan semakin tertutup dan sulit untuk diperbaiki.
Karena itu, saran Tara, perhatikanlah setiap perubahan pada anak yang paling terlihat. Kemudian berikan penjelasan pada mereka mengenai dampak negatifnya. Lalu, berikan dorongan positif agar anak mau berubah seperti sedia kala.
"Kalau anak yang anoreksia bisa terlihat jika dia fokus pada penampilan, melakukan diet ekstrem yang tidak seharusnya. Kalau anak bulimia, dia mulai memuntahkan makanan setelah makan, jika setiap habis makan berlari ke toilet, itu bisa jadi tanda," kata Tara.
Jika sudah demikian, sebaiknya orangtua harus membawa anak berkonsultasi dengan ahli. Jangan sampai dibiarkan hingga menjadi kebiasaan, karena akan menjadi semakin sulit untuk diperbaiki.