Begini Rumitnya Proses Pemisahan Kembar Siam Rifky-Rafky
- kembar siam
VIVA.co.id – Tim Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berhasil tangani operasi kembar siam dengan dempet di kepala atau dalam istilah medis craniopagus.
Bayi kembar siam tersebut bernama Rafky Setia Sumita dan Rifky Setia Sumita. Putra dari pasangan Bari Sumita dan Yuni Setiawati ini lahir pada 23 Oktober 2016 lalu di RS Kartika Husada Bekasi pada pukul 07.05.
Di hari yang sama, kembar ini dirujuk ke rumah RSAB Harapan Kita dengan menggunakan jaminan BPJS untuk perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) untuk selanjutnya dilakukan tindakan operasi pemisahan.
Penanganan operasi pemisahan ini pun dilakukan oleh tim khusus yang dimulai sejak perawatan NICU hingga operasi.
Tim operasi kembar siam yang diketuai oleh dr Alexandra, SpBA ini juga dibantu beberapa koordinator, di antaranya koordinator tim bedah syaraf dr Syamsul Ashari, SpBS, koordinator tim Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dr Agnes Praptiwi Sondakh, SpA, koordinator tim anestesi dr Abdul Mu‘in, Sp.AN, dan Koordinator tim bedah plastik. dr Laksmi Achyati, SpBP,.
Selain itu, tim peri operatif juga diberdayakan untuk menyiapkan pasien sebelum tindakan operasi, dan Dr dr Tinuk Agung Meilany Sp (K), tim perinatologi yang merawat pasien dari masa neonatus, mulai lahir sampai umur satu bulan, dan beberapa tim pendukung lain.
Operasi Dua Tahap
"Operasi berlangsung selama 28 jam di mana operasi tahap pertama membutuhkan waktu 10 jam dan operasi kedua memakan waktu 18 jam. Kurang lebih ada 17 dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu yang menangani," ungkap Dr dr Didi Danukusumo, SpOG(K), Direktur Medik dan Perawatan saat jumpa pers di RSAB Harapan Kita, Kamis 9 Februari 2017.
Selain itu, Didi menambahkan operasi tersebut dilakukan dua kali. Operasi tahap pertama dilakukan pada 2 Februari 2017, dengan langkah awal membuka sisi kepala bagian belakang untuk dipisahkan, sedangkan tahap kedua yang dilakukan pada 4 Februari akan merekonstruksi kembali kulit kepala bayi kembar siam tersebut.
Sementara itu, koordinator tim bedah syaraf, dr Syamsul Ashari, Sp Bs juga menjelaskan operasi ini sempat mengalami masalah karena pembuluh darah diantara kedua bayi siam ini menyatu, sehingga harus dilakukan pemisahan terlebih dahulu.
"Kesulitan terbesar itu di pembuluh darah, karena pembuluh darahnya itu menyatu dan saling bersilangan, beruntung teknologi sudah sangat canggih sehingga itu berhasil kita lalui," kata Syamsul.
Usai operasi tahap pertama, pasien bayi kembar siam ini juga sempat mengalami kondisi kritis sehingga mesti masuk ke ruang ICU terlebih dahulu untuk mendapatkan pemulihan.
Pada operasi tahap kedua, untuk menutup rongga kepala yang dipisahkan, tim dokter bedah plastik mengambil kulit dan juga jaringan bawah kulit dari bagian paha dan juga betis bayi kembar siam tadi.
"Bagian yang terbuka dari kepala itu harus dilindungi tidak cuma kulit tapi jaringan di bawah kulit jadi. bayangannya ditutup daging dan itu yang kita buat desain pola tim bedah plastik, kita diskusi ini sampai atau enggak, aman atau enggak, yang tersisa dan bolong yang mana berapa besar," ungkap dr Laksmi Achyati Sp.BP, dari koordinator tim bedah plastik.
Tngkat ketebalan kulit yang disayat untuk menutupi bagian yang terbuka sendiri, menurut Laksmi membutuhkan ketebalan hingga 0,4 mm.
"Nah saat daging itu digeser kan ada yg bolong kita tutup dengan kulit tipis jadi kita ambil dari paha dan betis ketebalannya kita coba 0,2 mm terlalu tipis jadi kita coba 0,4 mm dan kulit yg kita ambil nanti akan tumbuh sekunder," kata Laksmi.
Pasca operasi pasien sempat mengalami kondisi kritis meski kini kondisinya mulai membaik dan masih dibantu dengan alat bantu napas. Seluruh kondisi dari bayi kembar siam ini masih dalam penanganan tim dokter.