Bahaya Bercanda dengan Menggelitik Anak

Ilustrasi tertawa
Sumber :
  • Pixabay/Glukosala

VIVA.co.id – Anda pasti pernah bercanda bersama anak dengan menggelitik area-area sensitifnya seperti telapak kaki atau bawah ketiak. Biasanya reaksi tawa histeris mereka dianggap hal yang menyenangkan, tapi ternyata hal tersebut ternyata membahayakan.

Meski tertawa, belum tentu reaksi tersebut merupakan perasaan senang karena digelitik. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan New York Times, Anatomy of a Tickle is Serious Business at the Research Lab, ahli biologi Richard Alexander menjelaskan, tertawa karena geli bukanlah fenomena senang yang banyak orang asumsikan.

Seorang anak bisa berubah dari tertawa menjadi tangis karena gelitikan yang sedikit menjadi berlebih. Rasa geli tidak menciptakan perasaan menyenangkan, hanya penampakannya saja yang demikian.

Dalam sejarah, dikutip laman Huffington Post, banyak kebudayaan yang menjadi gelitikan sebagai cara untuk menimbulkan rasa sakit. Misalnya, semasa Dinasti Han, siksaan rasa geli bangsa China adalah pilihan para bangsawan karena dapat menimbulkan penderitaan tanpa meninggalkan bekas.

Di Roma Kuno, para pemberontak diikat, kaki mereka direndam dalam garam, kemudian kambing-kambing dibiarkan menjilati garam itu dengan lidahnya. Selain itu, bangsa juga Nazi dikatakan menggunakan siksaan ini kepada tawanan Yahudi dengan menggelitiki mereka menggunakan bulu angsa.

Dan sekarang, kita dibuat percaya bahwa menggelitik tidak memiliki dampak buruk. Tapi, sebenarnya pengalaman digelitiki bisa meninggalkan trauma bagi sebagian orang. Mulai dari tertawa hingga sesak napas hingga rasa panik hingga membuat menangis.

Banyak pula orangtua yang tidak menyadari permintaan buah hati mereka untuk berhenti menggelitiki karena tertutupi oleh tawa.

Sisi mengejutkan dari menggelitiki adalah cara ini juga dipakai oleh para predator seksual dalam mendekati mangsa mereka. Psikoterapis Tracy Lampert menjelaskan, ini adalah strategi yang digunakan oleh pelaku kejahatan seksual pada korbannya agar mereka bisa melakukan kejahatan dengan peluang besar tidak akan ketahuan.

Memang tidak semua orang dewasa menggelitik anak-anak sebagai salah satu cara pelecehan seksual, tapi menggelitki menjadi contoh sempurna untuk membangun kedekatan.

"Ketika rasa percaya didapat dan pertahanan diri mulai melemah, pelaku akan dengan mudah mendekati anak. Misalnya dengan menggelitiki, pelaku dapat secara terbuka atau tersendiri menggelitiki anak. Tindakan ini dilakukan dengan riang dan senang," jelas Lampert.

Selesaikan Roadshow di 5 Kota, Kini Perempuan Muda Siap Pimpin Aksi Iklim

Tentunya, belum pernah ada yang berpikir sejauh ini. Tapi, kita perlu menghargai ketika anak mengatakan 'tidak' atau 'sudah', apakah dengan mereka mengatakan secara nyata atau dengan bahasa tubuh. Dengan begitu kita mengajarkan mereka bahwa itu adalah tubuh mereka dan mereka punya hak untuk memutuskan apa yang terjadi pada tubuh mereka. Ini juga akan menjadi bekal yang sangat baik ketika mereka sudah mengenal pacaran.

Seorang psikolog, Alice Miller mengatakan, jika anak-anak terbiasa untuk dihargai, mereka tidak akan kesulitan untuk mengetahui apa itu tidak dihargai dan akan melakukan perlawanan sendiri.

MK Putuskan KPK Berwenang Selidiki Kasus Korupsi yang Libatkan Oknum Militer, Ini Kata Mabes TNI

Apakah artinya Anda tidak boleh menggelitiki buah hati? Bukan, tapi menggelitiki juga perlu aturan. Di antaranya adalah:

1. Jika buah hati Anda masih belum bisa bicara, jangan gelitiki mereka. Lebih baik bermain secara aman daripada menyesal nantinya.

2 Pemain Timnas Indonesia Dicoret Jelang Piala AFF 2024, Ada Apa?

2. Sebelum menggelitiki, bertanyalah dahulu. Dengan begitu Anda akan menjauhkan hal yang mengejutkan dan bisa bermain dengan lebih menyenangkan.

3. Ketahuilah sinyal yang berarti 'berhenti' jika mereka mulai tertawa terlalu keras hingga sulit bicara.

Ilustrasi garis polisi.

Sadis, Vebi Disetrika Majikan Gara-gara Makan Tak Izin

Penyidik akan menjerat pelaku dengan Undang-undang KDRT.

img_title
VIVA.co.id
4 Mei 2017