Stunting Bisa Pengaruhi Kemampuan Mental dan Belajar Anak di Sekolah
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Stunting masih menjadi tantangan kesehatan yang dihadapi anak Indonesia, dimana 21,6 persen atau sekitar 1 dari 5 anak di Indonesia masih mengalami stunting. Padahal, stunting bisa menjadi salah satu permasalahan yang dapat menghambat tumbuh kembang dan potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi bangsa Indonesia, sehingga dapat menghambat terwujudnya generasi emas 2045.
Permasalahan stunting tidaklah berdiri sendiri, bukan hanya terkait dengan masalah ekonomi. Baik anak dari keluarga yang mampu maupun tidak mampu secara ekonomi dapat berisiko mengalami stunting. Sebab, lingkungan terdekat anak merupakan faktor yang turut memberi pengaruh besar pada persoalan stunting di Indonesia.
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak signifikan pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, sehingga bisa mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak di sekolah.
Spesialis anak, dr. Novitria Dwinanda, Sp. A (k) menjelaskan bahwa terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting antara lain, rendahnya pemahaman orangtua tentang stunting sehingga kurang memperhatikan asupan ibu selama kehamilan dan asupan anak seperti kecukupan ASi dan praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat.
Selain itu rendahnya pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin karena kesadaran masyarakat dan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan.
"Masih banyak orang tua di Indonesia sulit menerima kenyataan atau malu jika anaknya terdiagnosa stunting dan cenderung menyangkal diagnosis dan menolak untuk dirujuk ke Rumah Sakit agar mendapat penanganan komprehensif. Oleh karena itu, penangan anak dengan risiko stunting adalah dengan intervensi keluarga dan lingkungan terdekat anak, serta dibarengi dengan peningkatan pemahaman tentang pemantauan pertumbuhan, pemberian nutrisi tepat, dan pemahan diagnosis stunting sendiri. Hal ini merupakan salah satu upaya penurunan angka stunting di Indonesia," jelasnya.
Dijelaskannya lebih lanjut, skrinjng dan rujukan sangat penting dalam mewujudkan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS). Sebab, skrining dini menjadi kunci dalam deteksi awal sehingga intervensi cepat dapat dilakukan. Dia menjelaskan skrining efektif mencakup pengukuran tinggi, berat badan, dan penilaian status gizi untuk memastikan anak tumbuh sesuai standar. Sehingga, deteksi dini memungkinkan penanganan tepat, mengurangi risiko komplikasi, dan memastikan anak mendapatkan perawatan optimal.
Sedangkan rujukan terapi stunting memastikan anak menerima intervensi yang tepat, seperti suplementasi gizi, perubahan pola makan, dan pemantauan intensif. Melalui rujukan yang tepat, anak dapat mengakses sumber daya yang diperlukan untuk memperbaiki status gizi dan mencegah dampak jangka panjang stunting.
"Oleh karena itu, keterlibatan berbagai pihak dalam proses ini, mulai dari tenaga kesehatan hingga keluarga, akan sangat berkontribusi pada upaya mewujudkan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS),” kata Novitria.
Terkait dengan masalah stunting, PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada), berkolaborasi dengan Alodokter meluncurkan kampanye Aksi 3 Langkah MAJU (3LM) yang bertujuan untuk mendukung pencegahan stunting sejak dini di Indonesia dengan melakukan edukasi dan screening stunting yang ditargetkan bisa menjangkau setidaknya 1 juta anak. Kampanye Aksi 3 Langkah MAJU (3LM) ini juga merupakan bagian dari keberlanjutan program Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) yang telah diinisiasi sejak 2023.
CEO Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia, Lee Meng Thoong mengungkap bahwa Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS)’ yang dikembangkan bersama Alodokter sejak tahun 2023 dan telah menjangkau lebih dari 8.000 penerima manfaat dengan melakukan skrining status gizi anak di 50 titik lokasi di Indonesia.
"Pada 2025 ini, kami kembali berkolaborasi bersama Alodokter sebagai mitra yang memiliki visi yang sama untuk mendukung kesehatan anak Indonesia, dengan meluncurkan kampanye aksi “3 Langkah MAJU (3LM)” yang masih menjadi bagian dari Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS). Inisiatif kolaborasi melalui kampanye terbaru ini sejalan dengan visi kami untuk memperluas akses kesehatan dan pemenuhan nutrisi bagi anak Indonesia, serta merupakan salah satu bentuk komitmen kami untuk terus mendorong pencegahan stunting di Indonesia," jelas dia.