Miris Bayi Dicekoki Obat Penggemuk oleh Babysitter, Menkes Angkat Bicara

Ilustrasi anak menangis.
Sumber :
  • Pixabay/Ben_Kerckx

Jakarta, VIVA – Pengguna media sosial dikejutkan dengan kabar seorang balita berinisial EWG asal Surabaya Jawa Timur yang dicekoki obat penggemuk oleh babysitternya berinisial N. Berdasarkan keterangan ibu Bayi EWG di media sosialnya, bayinya itu dicekoki obat deksametason dan pronicy yang merupakan obat steroid.

Ide Konyol Baby Sitter Cekoki Bayi yang Diasuhnya dengan Obat Penggemuk di Surabaya

Dexamethasone merupakan obat anti inflamasi atau anti peradangan. Obat ini juga bisa digunakan sebagai obat tidur. Sementara pronicy adalah obat golongan anti histamin yang memiliki efek meningkatkan nafsu makan.

Setidaknya sudah setahun lamanya sang putra mendapat obat tersebut. Obat itu diberikan babysitternya hingga membuat bayinya mengalami kenaikan berat badan di atas normal. 

Heboh Baby Sitter Cekoki Obat Penggemuk yang Dibeli Bebas, Kepala BPOM: Pelaku Bisa Ditindak

Ramainya pemberitaan terkait hal tersebut membuat menteri kesehatan, Budi Gunadi Sadikin angkat bicara. Dirinya sendiri menilai tindakan tersebut tidak boleh dilakukan lantaran bisa berdampak signifikan pada kesehatan bayi. 

“Enggak boleh dong,” kata dia saat dikonfirmasi VIVA.co.id saat ditemui di kawasan Jakarta Timur, Selasa 15 Oktober 2024.

Geger Babysitter Cekoki Batita Obat Penggemuk, Efek Sampingnya Mengerikan

Namun Budi belum bisa berkomentar lebih lanjut lantaran belum melihat kasus tersebut lebih lanjut. Namun dia menegaskan untuk tidak memberikan obat penggemuk pada anak-anak. 

“Cuman saya belum denger beritanya supaya enggak salah komentarnya saya harus baca dulu,” kata dia.

Efek samping pada bayi

Dalam keterangan yang diunggah ibu bayi EWG di akun instagramnya @linggra.k mengungkap saat tahu anaknya dicekoki obat penggemuk oleh babysitternya, dia langsung melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, dari hasil pemeriksaan diketahui hormon kortisol putranya rendah.

“Hasilnya keluar bikin Syok. Hormon ya tuh rendah semua. Apalagi hormon kortisol itu di bawah batas normal. Hormon kortisol ini yang mengatur segala aktivitas kita, dari yang kita bisa bergerak, tenaga dsb.. tapi waktu itu jujur kami ga seberapa paham efek dari rendahnya hormon kortisol,” tulisnya. 

Bayi EWG juga sempat menjalani rawat inap. Diceritakan sang ibu pasca 9 hari pemberian obat itu dihentikan kondisi EWG sendiri menurun.

“Hari ke-9 setelah pemberhentian obat itu.. anakku jadi drop, ga mau makan, ga  mau minum, tidur terus, ga kuat untuk ngapa-ngapain. Langsung ku bawa ke UGD dan yesss harus segera diopname,” tulis dia.

Lantaran hormon kortisol yang rendah tersebut berdampak bayi EWG sulit untuk bergerak. Sehingga bayi EWG harus mendapatkan suntikan hormon kortisol. 

“Dan memang kata dokter Elkan enggak kuat untuk bergerak karena tidak memiliki hormon kortisol.. sehingga kita harus segera menyuntikkan hormon tersebut. Gilaaa gak… bayangin gara-gara pemakaian obat deksa selama 1 tahun yang menekan andrenocorticotropic hormon anakku sehingga tidak bisa menghasilkan hormon kortisol tersebut,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya