Moms Kesulitan Mendidik Anak Generasi Alpha? Psikolog Bocorin Caranya
- Freepik/lookstudio
Jakarta, VIVA – Anak-anak Generasi Alpha memiliki akses informasi yang jauh lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, orangtua Generasi Alpha yang kebanyakan generasi Millenial, kerap menghadapi kesulitan dalam mendidiknya.
Padahal, fenomena ini dapat juga dilihat sebagai sebuah peluang agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih kritis dan mendorong anak untuk memiliki perspektif yang beragam. Lalu, bagaimana seharusnya cara menghadapi anak generasi Alpha? Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!
Psikolog Pendidikan, Kara Handali, M.Psi., mengatakan, generasi Alpha sebenarnya memiliki banyak kelebihan. Pertama, mereka independent learner, di mana mereka mampu belajar sendiri.
“Karena mungkin belajar dari teknologi yang cepet, jadi mau gak mau mereka belajar. Jadi mereka bisa belajar sendiri, cari apa-apa bisa sendiri. Itu yang pertama,” ujar Kara di acara Grand Opening EduALL Junior Playful Learning Center di Jakarta Barat, baru-baru ini.
Kemudian kelebihan selanjutnya dari generasi Alpha adalah curiosity atau rasa ingin tahu mereka yang jauh lebih tinggi.
“Karena teknologi makin maju, boarderless, informasi makin banyak, mereka makin curios. Mungkin parentingnya juga udah beda, sekarang lebih modern, lebih terbuka, mereka punya curiosity yang banyak nanya, pengen tau ini itu. Itu adalah kelebihan mereka,” paparnya.
Kara juga mengatakan, anak-anak generasi Alpha juga cenderung lebih kreatif. Biasanya, mereka suka mencari cara sendiri untuk melakukan sesuatu yang baru, karena banyaknya informasi yang mereka dapatkan dibanding kita sebagai orang dewasa.
Nah, untuk mengembangkan atau mempertahankan kelebihan-kelebihan dari gen Alpha, Kara menyarankan orangtua untuk membimbing dan mengasah putra-putrinya agar skill tersebut akan terus melekat di anak. Bagaimana caranya?
“Yaitu diasah growth mindset-nya, rasa curiosity yang sudah ada makin dikembangkan. Dengan cara apa? Pertama, diberikan lebih banyak pertanyaan daripada arahan. Anaknya pun nanti akan lebih banyak nanya. Mungkin kita sebagai orang dewasa gerah juga, tapi itu jadi salah satu kunci buat orangtua,” jelasnya.
“Kadang kita pengen membungkam “diam kamu jangan banyak tanya” tapi ketika kita membungkam mulut anak, kita perlahan sedang mematikan curiosity-nya. Karena dia akan mikir “oh mamaku gak suka”, dan udah anak gak bakal nanya lagi,” sambungnya.
Alih-alih seperti itu, Kara menyarankan, jika anak bertanya, namun orangtua belum memiliki atau tidak sempat menjawabnya, cobalah untuk mengungkapkan dengan cara yang benar.
“Bilang aja lagi gak bisa jawab sekarang, tapi aku seneng kamu nanya ini. Jadi kita encourage mereka untuk lebih banyak tanya, itu buat ngajarin empati juga,” pungkas Kara Handali.
Bicara generasi Alpha, EduALL Junior menawarkan solusi pendidikan yang inovatif dan berbasis riset untuk memenuhi kebutuhan unik dari generasi Alpha.
Dalam prosesnya, anak-anak diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan menemukan minat dan bakat serta area yang perlu dikembangkan, dengan pendekatan yang menyenangkan untuk menstimulasi berpikir secara cermat dan kritis akan minat mereka, termasuk di mana mereka memerlukan dukungan lebih.
Program ini dirancang oleh para ahli pendidikan dan didukung oleh penelitian mendalam, memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Selain itu, program ini juga memperoleh CREST Award, yang memungkinkan peserta EduALL Junior yang dapat menjadi nilai plus ketika mengajukan aplikasi untuk sekolah di luar negeri.
“Kami mengembangkan kurikulum ini dengan mempertimbangkan tantangan yang dihadapi, melalui pendekatan yang menyenangkan untuk anak-anak agar tetap relevan, sesuai dengan minat mereka. Seperti coding & robotics, visual arts, sains, dan kewirausahaan,” kata Debora Wibianne, Head of Academic EduALL Junior, di tempat yang sama.