Psikolog Ungkap Perbedaan Anak yang Kecanduan Gadget dan Tidak, Fatal Banget!

Sesi Talk Show bersama Psikolog Anak
Sumber :
  • VIVA/Ayesha Puri

VIVA –  Kehadiran gadget menjadi sebuah dilema bagi para orang tua. Satu sisi gawai pintar (smartphone) memberi dampak positif dengan segala kemudahan berbagai aspek, seperti komunikasi, kemudahan mencari informasi, hingga medium hiburan yang dapat diakses kapan dan dimana saja.

Harvey Moeis Kirim Pesan ke Anak dan Sandra Dewi: Papa Bukan Koruptor!

Namun, gawai juga dinilai mempunyai efek buruk terhadap perkembangan dan pertumbuhan si kecil. Lantas, gawai menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam membesarkan anak-anak generasi Alpha yang lahir dengan kondisi yang serba digital. 

Salah satu tantangan terbesar adalah potensi anak jadi kecanduan gawai pintar. Psikolog Anak, Irma Gustiana Andriani, S.Psi, M.Psi, mengungkapkan adanya perbedaan antara anak yang kecanduan dan tidak dapat dilihat dari empat aspek tumbuh-kembang anak sebagai berikut.

Simulasi Pemberian Makan Bergizi Gratis Diuji Coba di 4 Sekolah Sulawesi Utara

"Sangat-sangat terlihat perbedaanya anak-anak yang terpapar (gadget) dengan intensitas yang sangat banyak dengan anak-anak yang orang tuanya sangat bijaksana dalam mengelola waktu (screen time)," ucap Irma.

Perbedaan Anak Kecanduan Gadget dan Tidak Kecanduan

Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel, Ibu Berharap Kasus Anaknya Bisa Disetop

Ilustrasi anak main HP/gadget.

Photo :
  • Pexels/Ron Lach

1. Perkembangan Motorik

Irma mengatakan perbedaan pertama adalah pada perkembangan motorik. Irma menjelaskan ketika anak-anak menggunakan tablet atau smartphone sebenarnya bagian tubuh yang bergerak aktif hanya ibu jari dan telunjuk saja.

"Padahal kalau bicara tentang perkembangan motorik anak harus memanfaatkan jari jemari, otot trisep dan bisep serta otot pada pangkal lengan yang bertujuan menguatkan pertumbuhan fisiknya," ujar Irma.

Sementara anak-anak yang kecanduan gadget berlebihan mengakibatkan motoriknya sangat terbatas. Sehingga ketika anak harus menulis lebih rentan frustasi dan kesal karena otot tangannya tidak kuat menggenggam pensil dalam durasi lama. Akhirnya anak jadi gampang tantrum. 

"Jadi kalau ototnya (tangan) tidak kuat anak jad frustasi dan ada sisi emosional yang muncul sehingga cenderung gampang tantrum," imbuh Irma. 

Ilustrasi anak kecanduan media sosial

Photo :
  • U-Report

2. Kemampuan Bahasa

Anak yang terpapar teknologi berlebih rentan mengalami kendala bahasa. Irma memaparkan ada beberapa kondisi anak yang diberikan "gift' oleh Tuhan untuk menguasai berbagai bahasa dengan mudah dengan belajar secara otodidak melalui YouTube. Dengan catatan anak tersebut tidak ada keterlambatan perkembangan (delay).

Di sisi lain, gadget menjadikan anak kurang interaksi karena satu arah ketika menonton Youtube atau konten lainnya. Sementara jika berkomunikasi dengan orang maka interaksi berjalan dua arah. Anak yang kecanduan gadget juga minim belajar ekspresi dan emosi. 

"Dari AI anak tidak bisa belajar emosi yang banyak. Hal itu yang menyebabkan anak terkendala dalam bahasa dan emosional karena tidak bisa berekspresi dengan tepat' ucap Irma. 

Saingan kita adalah robot yang tidak punya emosi. Maka sebagai orang yua penting ajarkan kempuan mengelola emosi dengan baik. 

Polwan bermain bersama anak-anak korban banjir bandang di Sumatera Barat.

Photo :
  • VIVAnews/ Andri Mardiansyah (Padang)

3. Kemampuan Sosial

Irma juga mengatakan kebanyakan anak yang terpapar gadget berlebih cenderung sulit beradaptasi. Berdasarkan pengalaman kliennya, Irma menjelaskan anak-anak yang terkurung di rumah selama pandemi kemudian harus kembali ke sekolah banyak yang mengalami anxiety.

"Cemas ketemu orang banyak, itu yang terjadi. Apalagi anak-anak yang lahir di tahun 2020,2021 dan 2022," imbuh Irma.

Kondisi ideal anak adalah belajar sosialisasi. Irma jadi salah satu psikolog anak yang sangat menganjurkan anak untuk ikut  sekolah dini atau PAUD. 

"Gapapa sekolah dini fungsinya untuk bisa melatih social skill, kita gak kejar yang lain tapi social skill yang jadi dasar perkembangan anak," tegas Irma.

4. Fokus dan Konsentrasi 

Saat ini, anak-anak banyak disuguhkan video berdurasi pendek. Sehingga mereka yang kecanduan gadget memiliki fokus dan konsentrasi yang terbatas. 

Lebih lanjut, Irma memberikan solusi bagi para orang tua untuk mengatasi ketertinggalan tumbuh kembang si kecil akibat terlanjur kecanduan gadget. Menurut Irma, orang tua seyogyanya mulai melatih kemampuan sensorik dan motorik dasar dengan bermain. 

Playground jadi pilihan baik untuk menstimulasi anak agar mau bergerak dan bermain yang merupakan menjadi tahapan proses belajar. Mengajak anak ke wahana bermain sekaligus berguna untuk meningkatkan skill sosial. 

Salah satunya adalah mengunjungi Explore Wonderland yang menyediakan tiga area bermain dengan tema berbeda. Mulai dari The Jungle, The Ice Land, dan Under the Sea. Di sana anak dapat bereksplorasi dengan melakukan berbagai kegiatan seru dan tentunya bertemu dengan teman sebaya. Ayah dan Bunda juga bisa menyaksikan sesi talk show dari para ahli di bidangnya. Acara yang diselenggarakan oleh Tempo Scan Group ini diselenggarakan di Summarecon Mall Bekasi pada 12-14 Juli 2024.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya