Ada Reaksi Jangka Pendek, Ini yang Harus Dilakukan Setelah Khitan untuk Kurangi Rasa Sakitnya
- Pixabay/ Marjon Besteman
JAKARTA – Khitan atau sunat merupakan proses pelepasan atau pemotongan kulit yang menyelubungi ujung penis. Hal ini sangat disarankan untuk dilakukan pada anak-anak sejak usia dini untuk meminimalisir rasa sakit dan proses pemulihan yang lebih cepat.
Dari segi medis, khitan punya banyak manfaat untuk kesehatan seperti mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular, mencegah terjadinya penyakit pada penis, mengurangi risiko infeksi saluran kemih yang merujuk pada masalah ginjal, mengurangi risiko kanker penis, menurunkan risiko kanker serviks pada pasangan, hingga menjaga kesehatan dan kebersihan penis itu sendiri.
Biasanya, anak-anak merasa takut untuk dikhitan karena membayangkan rasa sakit setelah prosedur dilaksanakan. Memang tak dipungkiri, setelah tindakan khitan, pasien akan mengalami beberapa reaksi jangka pendek tetapi pada tingkat yang tidak membahayakan.
Oleh karena itu, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Reaksi tersebut antara lain seperti rasa ngilu pada kepala penis yang baru dikhitan. Hal tersebut wajar terjadi karena kepala penis menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau ketika kontak dengan celana dalam. Rasa ngilu akan berangsur-angsur berkurang dalam kurun waktu dua hingga empat minggu.
Berdasarkan rekomendasi dari Dokter Spesialis Bedah Anak Subspesialis Bedah Digestif Anak RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr. Yessi Eldiyani, Sp. B. A., Subsp. D. A., (K), pasien yang baru dikhitan disarankan untuk menggunakan celana dalam yang lebih longgar atau celana dalam khusus sunat.
Jika selesai berkemih, jangan lupa bersihkan sisa air dengan tisu atau kasa pada tiga hari pertama setelah khitan. Selanjutnya, pada seminggu awal khitan sebaiknya mengurangi sejumlah aktivitas tertentu seperti naik sepeda, naik motor, atau menunggang kuda untuk mengurangi gesekan antara luka khitan dengan sadel.
Sementara itu, khitan kini semakin banyak dilakukan oleh anak pada usia dini. Selain karena adanya indikasi medis, juga untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih. Manfaat yang didapat dengan khitan yang dilakukan ketika bayi tak jauh berbeda dengan tindakan khitan yang dilakukan ketika anak berusia sekolah.
Bedanya, penggunaan anestesi pada pasien bayi dapat lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang berusia lebih besar. Lalu, ketika masih bayi, si kecil belum terlalu banyak bergerak, sehingga proses penyembuhan pun dapat lebih cepat. Risiko khitan saat bayi, usia balita, hingga usia sekolah juga relatif sama.