Orang Tua Selalu Doakan Anak Jadi Soleh, Tenyata Indonesia Negara Paling Religius di ASEAN
- Pixabay/Denise Husted
JAKARTA – Kehidupan setiap keluarga punya cara yang berbeda dari segala macam aspek, mulai dari ekonomi, cara bersosialisasi, hingga pemahaman tentang tradisi dan agama. Masing-masing orang tua juga punya caranya tersendiri untuk mendidik anak-anak mereka atau membagi peran serta aturan di dalam rumah. Namun di balik semua itu, ada benang merah yang mempertemukan bagaimana keluarga di satu negara berbeda dengan yang ada di negara lainnya.
Untuk keluarga Indonesia, ditemukan beberapa hal yang unik dan mencolok dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan penelitian dari HILL ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan persentase tertinggi di ASEAN (84 persen) yang mempercayai bahwa pendidikan agama atau kepercayaan religius merupakan kunci untuk menjadi orang yang baik dan berbudi luhur. Penelitian ini dilakukan lewat survei kuantitatif dan survei di 6 negara ASEAN yaitu Thailand, Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura.
Selain itu, kebanyakan orang tua di Indonesia juga menerapkan experimental syncretic parenting atau gaya pengasuhan progresif, di mana mereka menciptakan gaya pengasuhan anak sendiri namun tetap menjunjung tinggi tradisi serta kepercayaan religius.
"Penelitian ini menemukan bahwa keluarga Indonesia dikenal sebagai 'The Devoted Weaver' mereka menekankan keseimbangan antara aspek modern dan keyakinan tradisional. Berdedikasi kepada agama atau keyakinan dan kepada generasi serta keluarga," jelas chairman of Hakuhodo International Indonesia, Irfan Ramli, dalam acara media briefing di Jakarta, Rabu 26 Juni 2024.
Berangkat dari hal itu, maka tak heran ada banyak keluarga di Indonesia yang ingin anaknya tumbuh menjadi sosok pintar dalam beragama atau yang biasa disebut 'anak soleh'. Mereka bahkan sudah dibekali dengan ilmu agama sedini mungkin.
Bukan hanya aspek beragama, ada juga nilai-nilai dalam keluarga di negara-negara ASEAN yang yang sampai saat ini masih dipegang dengan teguh.
Pertama, keluarga merupakan jaminan yang paling dapat diandalkan secara finansial dan emosional. Anggota keluarga dapat bergantung satu sama lain, baik di waktu ini maupun di masa depan.
Kedua, orang-orang ASEAN merasa hubungan antar keluarga sebagai paspor sosial. Mereka sangat menghargai tradisi dan prinsip keluarga, melihatnya sebagai kunci menumbuhkan nilai-nilai moral yang kuat dalam hidup serta meneruskannya kepada generasi berikutnya. Keyakinan ini membuat mereka berpikir bahwa individu berkeluarga dipersepsikan memiliki karakter yang baik dan lebih diterima oleh masyarakat.
Terakhir, fleksibilitas dalam peran sangat penting demi keharmonisan keluarga. Mayoritas masyarakat ASEAN percaya bahwa dinamika keluarga didasarkan pada kesetaraan. Bukan tentang pembagian 50:50, tetapi lebih kepada fleksbilitas yang memungkinkan setiap anggota keluarga memberikan kontribusi sesuai dengan kekuatan mereka dan merasa dihargai karenanya. Keseimbangan kekuasaan inilah yang akan membantu menjaga keharmonisan keluarga.