Viral Korban Inses Malah Peluk dan Tangisi Pelaku, Psikolog Soroti Orang Tua

Kasus inses kakak beradik janggal di Bengkulu
Sumber :
  • Instagram @memomedsos

VIVA Lifestyle  – Pengguna media sosial tengah dihebohkan dengan kasus seorang adik yang dihamili oleh kakak kandungnya. Kasus inses yang terjadi di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ini bahkan dilaporkan terjadi sejak tahun 2021 lalu.

Polisi Ringkus 11 Pelaku Bayaran Penyerangan Warga di Deliserdang yang Tewaskan 2 Orang

Pelaku berinisial KH (21) menghamili adik kandungnya sendiri RI (16) sebanyak tiga kali. Akan tetapi terjadi hal yang menjanggal lantaran RI sebagai korban malah bersimpati terhadap pelaku yang telah menghamilinya saat usianya masih di bawah umur. Scroll lebih lanjut.

Dia bahkan terlihat menemui sang kakak yang sudah dibawa ke kantor polisi sebagai pelaku.  Bahkan, korban sempat memeluknya dan menangis minta agar pelaku cepat pulang.

Biadab! Pelatih Futsal di Bekasi Setubuhi Remaja ABG, Modus Culasnya Bikin Geram

Lantas seperti apa pandangan psikolog terkait kasus ini? Psikolog Klinis Meity Arianty menjelaskan bahwa sebenarnya kasus ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Bahkan insiden serupa seperti ini juga sudah pernah terjadi di luar negeri. 

Tiga Pembunuh Berencana yang Sempat Dikira Begal Terungkap, Satu Orang Gantung Diri

Meity melihat, korban yang masih berusia remaja dimana usia tersebut masih labil, butuh perhatian, ingin mencoba hal baru, mudah cemas atau takut, ada yang pemberontak atau agresif, belum sepenuhnya memahami pikiran dan perasaannya sendiri, dan banyak lagi ciri-ciri yang biasa terjadi pada remaja sehingga sangat butuh arahan. 

Kedua, kata dia perlu dilihat juga bagaimana kehidupan korban, di beberapa kejadian dengan kondisi ekonomi yang sulit atau menengah kebawah sehingga kondisi rumah yang sempit tidak punya kamar sendiri-sendiri sehingga harus bersama-sama tidurnya membuat hal ini lebih rentan terjadi.

Ilustrasi hubungan inses

Photo :
  • Freepik/ijab

“Mungkin awalnya biasa saja namun seiring waktu, si kakak yang lebih dewasa memiliki hasrat seksual namun tidak dapat melakukan di luar entah karena takut, malu, tidak ada yang bisa dijadikan korban maka yang nampak di depan mata menjadi sasaran,” kata Meity saat dihubungi VIVA, Kamis, 28 Maret 2024. 

Lebih lanjut dijelaskannya biasanya kekerasan atau kejahatan terjadi bukan karena ada niat tapi karena adanya kesempatan. Hal itu yang terjadi pada kakak beradik itu kata dua awalnya bisa terjadi ketika kakaknya melihat ada peluang dan hasratnya lebih besar dibanding logika berpikirnya.

Sehingga merayu adiknya dengan bahasa kasih sayang dan menjadikan adiknya korban hawa nafsunya sementara si adik bisa jadi awalnya tidak mau namun karena dirayu dan atas nama kasih sayang adiknya pun akhirnya luluh. 

Ketiga, dilihat dari kaca mata psikolog jika benar orang tuanya mengetahui hal tersebut namun cenderung menutupi artinya ada masalah serius di dalam rumah tangga tersebut terkait agama, pendidikan, moral dan logika berpikir.

Orang tua mana yang tega anaknya hamil diluar nikah oleh kakaknya sendiri jika orang tua tersebut normal. Banyak orang yang pendidikan rendah tapi masih dapat membedakan benar dan salah, normal dan tidak normal, tahu mana yang beradap dan bermoral,” ungkapnya.

Kasus inses kakak beradik janggal di Bengkulu

Photo :
  • Tangkapan Layar

Meity juga menyoroti tentang insiden ini yang terjadi berulang ini dinilainya memang ada unsur kesengajaan disemua pihak, baik kakak dan orang tuanya yang harusnya jadi pelindung untuk anak dan adiknya. 

“Bisa kemungkinan 2 saudara itu saling mencintai sebab kelekatan, kebersamaan dan hubungan yang mereka jalin sudah terlalu jauh. Sehingga  mereka sudah tidak dapat membedakan benar dan salah sebab logika tidak digunakan. Namun jika melihat kasus ini dimana ini yang ke-3 kali adiknya artinya mereka tahu bahwa hubungan mereka terlarang namun tetap dilakukan kembali sehingga bukan ketidaksengajaan lagi atau khilaf,” kata dia.

Di sisi lain, Meity juga menyoroti respon adik selalu korban yang malah menangisi kakaknya, sebagai pelaku kekerasan seksual. Dia menyoroti tentang kondisi kesehatan mental adiknya tersebut. 

“Bagaimana dengan adiknya yang menangisi kakaknya yang dipenjara persis seseorang yang mengalami gangguan Stockholm syndrome. Stockholm Syndrom ini adalah korban jatuh cinta pada pelaku, dimana awalnya pelaku yang melakukan kejahatan justru memperlakukan baik dan memberikan cinta atau perhatian sehingga korban tidak melihat kejahatannya lagi namun justru sebaliknya,” ujarnya.

Meity mengungkap jika dari hasil pemeriksaan benar orang tuanya mengetahui namun membiarkan maka insiden tersebut. Orang tua dianggap menyembunyikan kejahatan dan kakak selalu pelaku tetap harus dihukum sesuai perbuatannya. 

Sementara itu untuk korban yang mana adiknya harus menjalani konseling atau therapy untuk menyadarkan bahwa apa yang dilakukan dan dirasakan selama ini kepada kakaknya adalah hal yang keliru. Sehingga ini bukan persolan cinta lagi namun masalah agama, moral dan adap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya