Survei: Ibu Terkendala ASI Malah Keblinger Kasih Kental Manis Hingga Air Tajin

Ilustrasi menyusui.
Sumber :
  • Pixabay/Ben_Kerckx

JAKARTA – Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) terhadap 1.301 responden menunjukkan, banyak ibu yang mengalami kesulitan dalam memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Penyebabnya adalah, ibu terpisah dari bayi karena alasan bekerja, serta ibu rumah tangga yang tidak mendapat support system yang baik selama menyusui

Air Tajin Ternyata Bisa Bantu Menurunkan Berat Badan, Begini Caranya!

Survei yang dilakukan terhadap ibu di Jabodetabek ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dialami oleh ibu menyusui. Hasilnya, sebanyak 39 persen ibu gagal dalam memberikan ASI eksklusif untuk anak. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Sebanyak 27 persen ASI eksklusif terhenti sejak bayi berusia 1 bulan, dan 44 persen terhenti di usia 5 bulan. Sisanya, sebanyak 28,5 persen ASI eksklusif terhenti pada rentang usia 2-4 bulan. 

Polisi Buru Satu Pelaku Penganiayaan Anak 9 Tahun di Tangerang

Ilustrasi menyusui/ASI.

Photo :
  • Freepik/freepik

Sekjen KOPMAS, Yuli Supriati menjelaskan, pada saat ASI untuk bayi terhenti, maka ibu memberikan makanan atau susu pengganti ASI. Sebanyak 85,7 persen ibu yang terkendala ASI memberikan susu formula untuk bayi, 7 persen ibu memberikan kental manis, 4,4 persen ibu memberikan UHT, 1,6 persen ibu memberikan air teh/air gula/air tajin, dan sisanya sebanyak 1,3 persen ibu memberikan susu murni untuk bayinya. 

Mengapa Pemahaman Al-Quran Adalah Investasi Terbaik untuk Anak?

“Dari hasil survei ini patut kita perhatikan bahwa ternyata ibu-ibu yang terkendala dalam memberikan ASI untuk bayi, ternyata masih ada yang keliru memberikan asupan untuk anaknya. Hal itu terlihat dari jenis susu yang diberikan seperti kental manis, UHT dan juga susu murni,” jelas Yuli dalam press conference di Jakarta Pusat, Selasa 19 Maret 2024. 

Selain kendala dalam hal pemberian ASI eksklusif, survei tersebut juga menyoroti pilihan makanan yang diberikan ibu selama periode MPASI. Dijelaskan Yuli, pada periode MPASI, selain bahan-bahan seperti telur, ikan, sayur dan buah-buahan yang diberikan untuk anak, pihaknya juga menemukan 8,1 persen ibu menambahkan susu murni ke dalam MPASI anak, 6 persen menambahkan kental manis, 2,2 persen memberikan UHT serta 2,8 persen memberikan air gula. 

Di sisi lain, Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Muhammadyah Jakarta, Prof. Dr Tria Astika Endah Permatasari mengatakan hasil survei yang dilakukan KOPMAS telah memperkuat survei-survei sebelumnya mengenai kegagalan ibu menyusui. Dari hasil survei semakin meyakinkan bahwa ini adalah warning bagi semua pihak termasuk juga pemerintah, bahwa banyak sekali calon-calon generasi masa depan yang ternyata tidak mendapat asupan yang tepat sejak bayi. 

“Persentase yang memberikan kental manis, UHT, susu murni dan air gula ini memang terlihat kecil-kecil, tapi dampaknya terhadap kesehatan anak di masa mendatang cukup besar. Bila tidak diantisipasi, ke depannya akan menjadi beban bagi masyarakat dan juga negara,” jelas dia. 

Sementara itu, spesialis anak dr Agnes Tri Harjaingrum Sp. A, yang turut hadir dalam kesempatan itu menjelaskan mengenai asupan yang baik untuk anak, khususnya bayi di bawah 1 tahun. 

“Untuk bayi umur 0 sampai 6 bulan, kalau bukan ASI ya susu formula untuk bayi,” tegasnya. 

Ia menegaskan, ASI adalah satu-satunya asupan yang dapat diberikan untuk bayi usia 0 hingga 6 bulan. Namun demikian, ada beberapa situasi yang membuat ibu terkendala memberikan ASI untuk anak sehingga ibu harus memberikan pengganti ASI berupa susu formula. 

“Jangan sampai kita memaksakan ASI eksklusif, sementara memang situasinya tidak memungkinkan. Ini justru berbahaya bagi anak. Yang harus diperhatikan adalah memastikan kebutuhan nutrisi bayi dna anak terpenuhi,” jelas dokter anak tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya