Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme
- YouTube Helmy Yahya Bicara
JAKARTA – Sebagai orang tua yang memiliki anak, wajib untuk mendidik dan membimbing anak-anak kita agar menjadi manusia yang beradab, berilmu dan bermartabat. Maka dari itu penting bagi orang tua belajar tentang bagaimana pola asuh untuk anak-anak mereka.
Berbicara mengenai hal itu, praktisi neuroparenting, dr. Aisah Dahlan menjelaskan bahwa dalam membimbing dan mendidik anak, orangtua harus melibatkan orang lain.
“Dalam membimbing dan mendidik anak bukan cuman orang tua sendiri karena ada satu waktu harus melibatkan orang lain. Makanya ada istilah anak umur 0 hari (baru lahir) sampai 6 tahun apa kata ayah ibuku. Kalau dengar anak TK ngobrol ‘kata ibu aku,kata ayah aku’,” kata dia dikutip dari tayangan YouTube Denny Sumargo.
Lebih lanjut diungkap oleh dr. Aisah Dahlan, ketika anak-anak sudah memasuki usia sekolah. Maka orang tua perlu bekerjasama dengan tenaga pendidik dalam membantu mereka mendidik dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu, dijelaskan Aisah Dahlan ketika memasuki usia sekolah, penting mencari sekolah yang memiliki tenaga pendidik yang bisa diajak bekerjasama dalam mendidik dan membimbing anak mereka.
“Umur 7 tahun sampai 12 tahun apa kata bapak, ibu guruku. Makanya ngajarin anak SD itu ngeyel tuh ‘kata guru aku enggak gitu bunda salah’ kata guru aku. Padahal saat itu adalah kesempatan gimana cari sekolah yang gurunya di usia SD bisa diajak kerjasama, titip pesan ke guru,” ujar dia.
Semakin bertambahnya usia, terutama di usia 13 tahun hingga 20 tahun, orangtua juga bisa bekerjasama dengan teman-teman anak-anak Anda. Sebab di usia ini, anak-anak akan lebih mendengarkan perkataan teman-teman mereka dibanding dengan orang tuanya.
“Nanti 13 tahun sampai 20 tahun apa kata teman-temanku. Makanya anak-anak remaja kalau bisa akrab sama temannya. Supaya kita bisa titip pesan sama temannya ‘nanti kasih tau dia ya’. Itu otomatis,” ujarnya.
Memasuki usia 20 tahun hingga 30-an, atau tahap dewasa awal anak-anak akan lebih mendengarkan diri mereka sendiri. Maka dari itu, penting bagi orangtua mencari tahu tentang tatanan pendidikan di satuan perguruan tinggi mereka.
“Nanti umur 20 tahun sampai 30-an itu atau umur 35 tahun itu apa kata aku, apa kata saya. Anak-anak mahasiswa menurut aku bun, menurut aku. Makanya kita juga harus cari tahu nih anak kuliah tidak boleh berkuliah di perguruan tinggi yang terlalu sekuler, apa yang dipelajari tidak dihubungkan dengan agama,” ungkapnya.
Dia menambahkan,”Itu susah nanti, sekuler dia tidak mau ada tatanan-tatanan agama di situ, gawat. Nanti menurut akunya itu terlalu liberal. Tapi tenang saja, di atas umur 35 tahun ‘apa kata Tuhan’,” ujar dia.