Aisah Dahlan Ungkap Perselingkuhan Orangtua Bisa Jadi Trauma, Anak Bakal Niru saat Dewasa
- pixabay/ jakobing85
VIVA Parenting – Kehidupan berumah tangga bukanlah hal yang mudah bagi kebanyakan orang. Tak jarang ada masalah yang menghampiri termasuk soal perselingkuhan. Meskipun terkesan hanya dialami oleh pasangan suami istri, namun perselingkuhan juga bisa memberikan dampak yang buruk bagi anak.
Hal ini diungkapkan oleh dr Aisah Dahlan bahwasannya perilaku selingkuh yang dilakukan orangtua besar kemungkinan diturunkan kepada anaknya. Benarkah? Yuk, scroll untuk mengetahui faktanya.
Bukan karena genetika, tetapi perilaku buruk yang dilakukan orangtua dan diketahui oleh anaknya semasa kecil akan direkam secara langsung oleh otak bawah sadar. Meskipun di satu sisi sang anak mungkin membenci perilaku selingkuh itu, tapi ada memori di alam bawah sadarnya yang mengatakan bahwa ia boleh mengikuti cara orangtuanya dalam bertindak.
"Memori otak ini, pada saat tahu seseorang itu selingkuh di otak terjadi koneksi memori yang menyimpan itu. Nah karena dia melihatnya di usia muda, di mana otak lagi bersih-bersihnya, sehingga itu memorinya sangat kuat. Di sisi lain, dia benci dengan perilaku itu. Tapi di sisi lain, memori otaknya mengatakan 'udah kayak bapakmu aja'," kata dr. Aisah Dahlan, mengutip video TikTok @chy11.id, Minggu 18 Februari 2024.
Selain karena ingatan yang tertanam sejak kecil itu, perilaku selingkuh juga bisa disebabkan karena pengaruh hawa nafsu yang besar dari dalam diri orang tersebut.
Sang anak bisa jadi juga punya amarah yang terpendam karena melihat perselingkuhan orangtuanya, apalagi jika mereka berdua sampai berkelahi di hadapan sang anak. Momen di mana anak melihat langsung kejadian itu akan menimbulkan trauma yang terbawa hingga dia dewasa.
"Itu kan memorinya kuat sekali kan, kenapa? Bisa jadi dia marah sama orangtuanya nggak bisa diomongin, marah, maka dia lakukan sama dengan itu," terangnya.
Karena trauma yang tak segera diatasi itu, akhirnya selingkuh menjadi watak yang permanen dalam diri anak tersebut sampai dewasa. Jika ia tidak berdamai dengan kejadian pahit di masa lalu itu, tak dipungkiri kebiasaan selingkuh akan dilakukan dengan pasangannya kelak.
"Kalau watak 60 persen iya. Itu watak yang damai, yang konflik yang akhirnya sama dirinya aja juga dia berdamai. Ya udah gue ikut ajalah," kata dr. Aisah.
"Makanya punya anak watak damai nampaknya di awal-awal menyenangkan, bahwa dia nggak bantah, dia nggak membangkang, tapi itu merepotkan apabila kita nggak belajar memperkenalkan kekuatanmu ini nak, tapi kelemahanmu ini, caranya begini," sambungnya.