Aisah Dahlan Ungkap Trik Bikin Rumah Jadi Nyaman, Anak Nurut Taat Sama Aturan

Praktisi dan Peneliti Neuroscience Dokter Aisah Dahlan
Sumber :
  • YouTube Helmy Yahya Bicara

VIVA Parenting – Rumah merupakan tempat yang penting bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, sudah sepatutnya orangtua bisa menciptakan rumah yang nyaman dan aman untuk buah hati.

Menteri PKP Maruarar Sirait Bilang Anggaran Kementeriannya Kecil Buat Bikin 3 Juta Rumah

Namun sayangnya, tidak sedikit dari anak yang memilih enggan untuk langsung pulang ke rumah usai sekolah dan memilih bermain di rumah temannya atau di tempat lain. Salah satu alasannya lantaran mereka tidak nyaman ketika berada di rumah. Yuk, scroll untuk tahu bagaimana solusinya.

Praktisi neuroparenting, dr. Aisah Dahlan, mengungkapkan, kebanyakan orangtua hanya bisa mengakomodir keamanan bagi anak, namun lupa memberikan kenyamanan untuk mereka.

Ukur Tinggi Badan Anak Penting untuk Cegah Stunting, Begini Caranya yang Benar

“Jadikan rumah itu aman dan nyaman selama ini sudah aman kita sudah jaga, kita kasih sekolah, kita kasih makan tapi belum tentu nyaman. Memang kita antar sekolah tapi pesannya banyak banget, jangan ini jangan itu, enggak nyaman. Anak itu kita jemput dari sekolah pulang ke rumah harus ini, harus itu itu kan enggak nyaman,” kata dia dikutip dari potongan video yang diunggah di akun TikTok @ungkapin, Jumat 16 Februari 2024.

Ilustrasi orangtua antar anak ke sekolah.

Photo :
  • Freepik/zalkina
Bikin Terenyuh, Paula Verhoeven Tahan Tangis Saat Anaknya Bilang, Mama Baik-Baik Ya

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Aisah Dahlan, untuk membuat rumah aman dan nyaman untuk anak, salah satunya dengan membuat peraturan dan kesepakatan yang jelas termasuk soal ketertiban anak-anak kita. 

“Jadi gimana buat rumah aman dan nyaman? Ada istilahnya seni menegur. Misalnya kita enggak boleh tegur anak kalau sebelumnya kita tidak kasih peraturannya. Misalnya anak pulang jam 1 malam, ‘kamu jam 1 malam’ pertanyaannya orangtua sudah bilang belum sama anak bahwa kalau pergi keluar paling malam pulang jam 10, atau 11 kalau di luar itu orang tua berhak menegur, gitu,” kata dia.

“Anak main gadget lebih dari 4 jam, ibunya marahin merembet ke mana-mana. Pertanyaannya, ibu sudah buat kesepakatan belum dengan anak tentang penggunaan gadget dalam satu hari? Kalau belum buat lalu Anda marah, anak bingung siapa yang salah?” sambungnya.

Di sisi lain, Aisah Dahlan juga mengimbau untuk membuat peraturan-peraturan antara orangtua dan anak juga harus memerhatikan dua hal. Yakni harus melibatkan anak dan juga membuat peraturan sesuai dengan perkembangan otak anak. 

“Makanya harus buat peraturan-peraturan kedua belah pihak tapi lihat juga perkembangan otaknya. Setiap anak peraturannya berbeda, dan kalau buat peraturan jangan setiap hari, nanti anak bingung ‘apalagi ini’ jadi kalau buat peraturan, kalau saya sebulan sekali bertemu,” katanya.

Dr. Aisah Dahlan memberikan contoh, dia memiliki seorang putra yang berulang tahun pada 18 Juni. Maka setiap tanggal 18 di setiap bulannya sejak TK-SMP akan menjemput putranya dan mengajak makan putranya. Di sela-sela makan itu, Aisah Dahlan saling berinteraksi termasuk soal kesepakatan peraturan yang perlu ditaati putranya. Peraturan yang jelas dan telah disepakati kedua belah pihak itu diharapkan dapat membuat anak menjadi nyaman dan aman.

“Saya karena anak banyak saya bikin patokan-patokan anak saya ulang tahun tanggal 18 sejak TK setiap tanggal 18 saya jemput dia di sekolah ajak makan baru ngobrol bisa kasih tau dia. Dia juga boleh bertanya, di situ ada negosiasi, peraturan-peraturan kenapa karena kalau anak tidak nyaman di rumah bahaya dia akan sering main keluar. Bahaya kalau waktu salah ketemu orang salah, ketemu solusi yang salah, itu yang berat,” kata dia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya