Waspada Moms! Tak Berikan ASI Eksklusif, Bayi Berisiko Kena Pneumonia

Ilustrasi menyusui/ASI.
Sumber :
  • Freepik/yanalya

JAKARTA – Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur.  Beberapa virus yang umum menyebabkan pneumonia, di antaranya virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV) dan SARS-CoV-2. Sementara jenis bakteri yang umum menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia.

Polisi Ungkap Kondisi Terkini Anak yang Bunuh Ayah dan Nenek di Lebak Bulus

Pada kondisi ini, infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya, alveoli dipenuhi cairan atau nanah sehingga membuat penderitanya sulit bernapas. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Tak hanya itu saja, beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan risiko pneumonia pada anak adalah tidak mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran bayi.

Pengakuan Pihak Sekolah Soal Sifat Anak 14 Tahun di Lebak Bulus yang Bunuh Ayah dan Neneknya

“Tidak memberikan ASI eksklusif tingkatkan risiko pneumonia dibanding anak yang dapat asi selama 6 bulan,” kata Unit Kelompok Keja Respiratory Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr.dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) dalam virtual media briefing di Jakarta, Kamis 11 Januari 2024.

Ucok Polisi yang Bunuh Ibunya Pakai Gas Melon Berpangkat Aipda, Tugas di Bekasi

Lebih lanjut diungkap Nastiti bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan di awal kehidupan dapat menurunkan risiko 20 persen anak terkena pneumonia. Hal ini lantaran kandungan pada ASI yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Tak hanya pneumonia, kandungan ASI juga dapat mencegah terjadinya infeksi lainnya pada bayi. 

“Berdasarkan penelitian kandungan ASI itu bisa menyesuaikan kondisi bayi tersebut. Kaitannya dalam kandungan ASI terdapat  zat yang namanya imunoglobulin ini ada di kolostrum. imunoglobulin membantu meningkatkan kekebalan tubuh bayi,” jelas dia.

Risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya pneumonia pada anak adalah bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah dan tidak lengkapnya vaksinasi.

“Imunisasi itu bisa turunkan 50 persen risiko pneumonia pada anak,” ungkapnya.

Diungkap Nastiti, terkait vaksin sudah tidak ada lagi alasan untuk orangtua tidak melengkapi vaksinasi bayi mereka. Beberapa orangtua disebut enggan menjalani vaksinasi pneumokokus pada bayi mereka lantaran takut efek sampingnya.

Ilustrasi imunisasi bayi

Photo :
  • ist

“Hanya saat disuntik dia nyeri. Tapi, perlindungannya dia bisa menurunkan angka pneumonia berat, angka kematian. Jadi, tidak imbang antara reaksinya dengan manfaatnya," tutur Nastiti.

Selain itu, vaksin pneumokokus (PCV) sudah menjadi program nasional imunisasi dan telah tersedia di posyandu dan puskesmas sejak September 2022 lalu. Vaksin disuntikkan pada usia 2, 4, 6 bulan dengan dosis penguat pada 12-15 bulan. Selain PCV, vaksin lain yang dianjurkan diberikan pada anak seperti DPT, HiB dan vaksin influenza.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya