Hati-Hati, Ayah Tak Pernah Ajak Ngobrol Anak Bisa Picu Lazy Thinking Berisiko Sampai Bunuh Diri

Ilustrasi ayah dan anak.
Sumber :
  • Freepik/freepik

JAKARTA – Komunikasi dua arah antara orang tua dan anak sangat diperlukan demi melatih anak-anak dalam mengambil keputusan. Maka dari itu penting bagi orang tua untuk terus berkomunikasi dengan mengajak anak-anak mereka berdiskusi atau dalam bahasa umumnya ngobrol santai.

4 Perbedaan Pneumonia pada Anak dan Dewasa, Siapa yang Paling Berisiko Terpapar?

Sebab, anak yang tidak pernah diajak berdiskusi sejak kecil oleh orang tua dapat membuat anak tersebut menjadi malas berpikir. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

"Anak-anak yang tidak pernah diajak ngobrol dialog oleh orang tuanya semasa kecilnya mengalami apa yang namanya Lazy mind. Malas berpikir atau thinking shock geger berpikir," kata pengasuh parenting fatherman.id Bendri Jaisyurrahman seperti dikutip dari potongan video yang diunggah di akun @fatherman.id.

Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

Bendri mengungkap beberapa ciri khas dari anak yang malas berpikir adalah selalu mengutarakan kata 'terserah' ketika ditanya oleh orang lain.

Ilustrasi ayah dan anak

Photo :
  • Pixabay/jackyluphs
Haru! Paula Verhoeven Izin Pamit Sementara ke Anak

"Ciri khasnya adalah ngomongnya selalu gini 'terserah gue mah' 'terserah' ada mau makan ayam apa bakso 'terserah abi' bahaya justru itu. Jangan bilang 'Ih anakku taat banget sama aku' dibalik taat yang kita maksud itu tersimpan dia lazy mind," ujarnya.

Bahkan termasuk untuk urusan yang sederhana anak yang malas berpikir akan terus mengungkap kata 'terserah' ketika ditanya.

Hal ini padahal kata Bendri bisa berdampak pada kehidupan sehari-hari bahkan yang terburuk bisa membuat anak bunuh diri lantaran tidak punya kemampuan untuk mengatasi masalah.

"Urusannya sepele banget dia (bilang) terserah. Kenapa? Karena ketika (dia bilang) terserah apa dampaknya untuk hidup dia? dia tidak mau ribet, yang kedua dia tidak punya kreativitas mengatasi masalah. Akhirnya cuma kepikiran satu gue enggak punya solusi lain kecuali left. Gue enggak punya solusi lain kecuali bunuh diri," kata dia.

Ilustrasi anak tantrum

Photo :
  • Freepik/karlyukav

Bendri mengutarakan,"Gue enggak ada cara lain (dalam menyelesaikan masalah) kecuali healing. Jadi dia enggak kepikiran seolah-olah bahwa mengatasi masalah itu healing. Bisa jadi selalu begitu karena otaknya dia enggak dilatih," ujarnya.

Diungkap Bendri bahwa pelaku utama yang menyebabkan anak jadi malas berpikir adalah ayah. Sebab ayah memiliki peran penting dalam pola pengasuhan anak yakni sebagai pelatih akal anak.

"Pelaku utama yang membuat anak tidak ada otaknya adalah harus kita sebutkan adalah ayah yang tidak ikut terlibat. Jadi ayah itu pelatih akal," ungkapnya.

Pemberitaan berikut ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau anda tak menirunya. Jika anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu anda seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya