Anak Mau Masuk Polisi Tapi Kurang Tinggi, Bisakah Ditangani Dokter? Begini Penjelasannya

Ilustrasi siswa di sekolah
Sumber :
  • ANTARA

VIVA Parenting – Tidak sedikit dari anak-anak sekolah menengah atas khususnya pria sudah memiliki rencana untuk menjadi abdi negara entah itu TNI atau Polri. Proses penerimaan calon anggota TNI/Polri diketahui memiliki sejumlah persyaratan.

Mengenal Hernia Inguinal Umum Terjadi pada Bayi Laki-laki, Tak Bisa Sembuh Sendiri Perlu Tindakan Operasi

Salah satunya yang sering menjadi kendala seorang calon taruna untuk bisa menempuh pendidikan militer tersebut adalah tinggi badan mereka. Tak sedikit calon peserta yang akhirnya gagal padahal tinggi badannya hanya kurang 3 atau bahkan 1 cm saja. Yuk, scroll untuk tahu info lengkapnya.

Hal ini juga dirasakan oleh salah satu orangtua calon taruna seperti yang diceritakan oleh spesialis ortopedi asal Yogyakarta, dr. Asa Ibrahim, Sp.OT di akun Instagramnya. Si orangtua bahkan bertanya adakah kemungkinan anaknya bisa ditangani dokter agar bertambah tinggi badannya.

Warganya Ditangkap Usai Tabrak Kerumunan Pasar Natal di Jerman, Begini Respons Arab Saudi

"Dok anak laki-laki saya umur 18 tahun tinggi badan kurang 3cm buat daftar polisi, apa bisa berobat ke dokter supaya tambah tinggi?" kata dokter Asa membacakan komentar dari netizen, dikutip dari Instagram @dr.asaibrahim, Kamis 16 November 2023.

Kompolnas Minta Kapolri Tindak Tegas Anggota yang Peras Penonton DWP Asal Malaysia

Dijelaskan oleh Asa, banyak kasus serupa yang terjadi di masyarakat. Menurutnya, rata-rata pertumbuhan anak laki-laki akan berhenti di usia 18 tahun..

"Kalau di usia 18 tahun pertumbuhan tinggi badannya sudah berhenti, periksa ke dokter ya bisa-bisa saja. Tapi sudah sedikit yang bisa dilakukan karena lempeng pertumbuhan sudah menutup," katanya.

Asa menjelaskan, jika lempeng pertumbuhan sudah menutup, mau dilakukan tindakan apapun juga tidak akan berdampak pada anak tersebut.

"Sudah enggak bisa tambah tinggi. Ini pesan buat orangtua, maksimal pertumbuhan bukan di saat usia angka 18 tahun, mulai dari sejak balita," kata dia.

Diungkap Asa, hal ini akan berbeda jika terjadi pada anak usia 12 tahun atau di bawahnya.

"Jadi kalau ibunya ini masih cerita anaknya masih 12 tahun kita masih semangat kita bantu optimalkan pertumbuhannya," ujarnya.

Asa lebih lanjut menjelaskan, ada beberapa faktor yang menentukan tinggi badan seorang anak. Pertama adalah faktor genetik.

"Berapa tinggi badan ayah atau ibu dan beberapa aspek genetik lain sangat menentukan nantinya si anak ini bakal bisa berapa tingginya. Lah, berarti pasrah aja dong? Kan engga bisa ganti ayah atau ibu jelas tidak," jelasnya.

Selain faktor genetik, ada faktor lain yang sangat penting, yaitu nutrisi. Asa mengungkapkan, di Korea Selatan selama 100 tahun terakhir, rata-rata orang Korea itu mengalami pertambahan tinggi sekitar 15-20 cm. Hal ini dipicu faktor perbedaan nutrisi.

"Bisa dibilang anak-anak di Korea seiring waktu jadi lebih tinggi dibandingkan orangtuanya, kok bisa?" tanya dia.

Dengan nutrisi yang baik, kata Asa, seseorang bisa mencapai tinggi optimal. Bahkan jauh lebih tinggi dibanding ayah ibunya (yang mungkin saat kecil nutrisinya tidak sebaik anak tersebut). Nutrisi yang baik meliputi cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

Kedua, cukup kalsium dan vitamin D. Dokter Asa menyebut, angka defisiensi vitamin D mencapai 90 persen. Jika seorang anak mengalami defisiensi vitamin D bisa berdampak pada tidak bisa mencapai potensi tinggi badan optimal dan bisa berdampak pada masalah tulang lainnya.

"Jadi segera cek kadar vitamin D darah, kalo kurang dari 30 segera kejar dengan suplementasi vitamin D dan dibantu juga dengan rutin berjemur. Berjemur yang dianjurkan sekitar 15 -20 menit pukul 9 siang atau 3 sore, atau kalo < 9>3 sore harus lebih lama paparan cahaya mataharinya ya," jelasnya.

Faktor penting lain adalah aktivitas fisik atau olahraga. 

"Kalo sering olahraga, ada stimulasi tulang dan sendi, akan terpacu untuk lebih optimal tingginya. Olahraga yang disebut paling baik adalah yang pada prosesnya menggerakkan banyak sendi dan bagian tubuh, misal berenang," ungkapnya.

Kemudian optimalkan stimulasi sejak balita. Dijelaskan oleh Asa, jika mengoptimalkan stimulasi anak dimulai sejak remaja bisa dibilang sudah agak terlambat, karena bisa tidak menjadi optimal.

"Nah kalo usia sudah mulai 15 tahun, harus benar-benar dikejar, karena sebagian besar wanita akan berhenti pertumbuhan di usia 16 tahun dan laki-laki di usia 18 tahun. Jadi kalo sudah masuk 15 tahun tapi nampak masih pendek, baiknya segera konsultasi ke dokter ortopedi untuk evaluasi," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya