Anak Makin Cengeng Gegara Teknologi Era Digital, Psikolog Beri Saran Ini
- Pexels/Ketut Subiyanto
VIVA Parenting  – Era digital disebut menjadi sumber generasi baru pada anak-anak memiliki mental yang rentan dan tak lagi seperti generasi sebelumnya. Tak sedikit yang menilai bahwa era digital justru menggerus mental anak menjadi lebih cengeng dan mudah tersinggung. Kok bisa ya?
Pada dasarnya, anak dalam masa pertumbuhan mengandalkan stimulasi dari dunia nyata untuk perkembangannya. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, mengikuti perkembangan teknologi dan digital yang pesat, anak-anak semakin banyak yang terpapar dengan perangkat digital sehingga Generasi Alfa akan bermain, belajar dan berinteraksi dengan cara yang baru. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.
Kebiasaan baru ini, dikarenakan mereka lahir dalam lingkup di mana semua perangkat digital terhubung dengan lingkungan fisik tempat mereka beraktivitas. Terlebih, mengasuh anak memang memerlukan beragam hal untuk menyesuaikan zaman dan kebutuhan anak.
"Mengasuh anak bersifat multidimensi. Peran multidimensi ini berarti berupaya memenuhi beragam kebutuhan anak," ujar Child & Family Psychologist, Saskhya Aulia Prima, dalam keterangan pers MY BABY Momversity.
Hal ini tentu menjadi tantangan bagi orangtua dalam mendidik anak di era digital. Maka, kunci penting bagi orangtua adalah dengan mengedukasi diri terkait norma dan sistem sosial dalam pengasuhannya kelak.
"Orangtua diharuskan mengembangkan pengetahuan yang mendalam dan luas. Mulai dari kesadaran akan perkembangan anak, norma-norma yang membantu menjaga anak-anak tetap aman, hingga memahami peran profesional serta sistem sosial yang mendukung pengasuhan anak," jelasnya.
Data sensus penduduk tahun 2020 mencatat mayoritas penduduk Indonesia adalah Generasi Z (Gen Z) yaitu sebanyak 28 persen dari total 270,2 juta populasi penduduk di Indonesia. Gen Z masih dianggap sebagai strawberry generation yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi terkesan mudah menyerah dan tersinggung.Â
Sementara Gen Alfa, yang merupakan generasi setelahnya, diharapkan memiliki karakter yang lebih tangguh untuk bertahan dalam kesulitan di masa mendatang. Sehingga orangtua dari Generasi Alfa diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan matang agar mampu mengajarkan hal-hal baik untuk Gen Alfa yang lebih tangguh.
"Oleh karena itu, pola asuh orangtua perlu beradaptasi dan dipersiapkan sesuai keadaan. Sehingga anak nantinya dapat menjadi pemimpin dunia, tidak hanya siap secara akademis, tetapi juga siap menghadapi masa depan dengan semangat resiliensi," tandasnya.
Adanya beberapa adaptasi parenting saat masa pandemi lalu, di mana para orangtua jadi lebih banyak memanfaatkan gadget atau teknologi secara positif, perlu lebih berhati-hati dalam melakukan pengaturan keuangan, mental, serta kesehatan keluarga. Ini membuat MY BABY menghadirkan tema #TransformationalParenting dalam kampanye MY BABY Momversity kali ini.
"Kami ingin semakin memperkaya pengetahuan orangtua dalam beradaptasi dengan perkembangan terkini agar teredukasi dengan baik dalam mengelola emosi sebagai orangtua, mendidik anak di era digital dan teknologi dengan positif, memiliki kemampuan dalam merencanakan finansial bagi masa depan anak, dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam parenting Generasi Alfa," tambah Audrey Gandadjaja, Managing Director Brand Portfolio & Communication MY BABY.