Self Harm Pada Remaja: Waspadai Tanda-tandanya

Ilustrasi depresi/stres.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

JAKARTA – Istilah self harm mungkin sering kita dengar dalam beberapa waktu terakhir, di lingkungan sekitar, maupun di dunia maya. Self harm, adalah  suatu perilaku menyakiti diri sendiri yang disengaja. Dimana perilaku tersebut dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada jaringan tubuh. Namun tindakan tersebut bukan dianggap sebagai upaya untuk bunuh diri.

Polisi Gagalkan Dua Tawuran di Jakarta Barat, 17 Remaja Diamankan

Bahkan beberapa waktu lalu publik digegerkan dengan tindakan 52 pelajar di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Siswa tersebut secara massal melukai tangan mereka sendiri yang diduga karena pengaruh media sosial.

Lantas apa yang membuat anak remaja melakukan self harm? Diungkap Spesialis Kesehatan Jiwa, Dr.dr. Khamelia Malik, Sp.KJ, ketika merujuk pada sejumlah pasien yang ditanganinya, self harm sendiri dilakukan lantaran orang tersebut sudah tidak lagi merasakan apapun dalam hidupnya.

Blu by BCA Digital Tawarkan Solusi Keuangan Praktis untuk Remaja

“Kalau ditanya tujuan melakukan itu apa macem-macam ada yang bilang saya hidup tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya stres banget tidak bisa merasakan apa-apa lagi saya tusuk badan saya, sampai tiba-tiba merasa sesuatu itu melegakan. Karena saya bisa merasakan sesuatu ternyata,” kata dia dalam press conference di Kementerian Kesehatan Jakarta Selatan, Kamis 12 Oktober 2023.

Lebih lanjut diungkap Khamelia bahwa cara untuk mengekspresikan diri itu dialirkan ke nyeri tubuh. 

Usia Muda, Tapi Sering Lupa? Ini 8 Kebiasaan yang Harus Dihindari

“Jadi semua cara untuk mengekspresikan nyeri hati ke nyeri tubuh. Kita bisa mendefinisikan kenapa si perasaannya kosong enggak ada rasanya. Kalau dia melakukan itu memindahkan nyeri hati ke nyeri tubuh, dan ini tidak bisa dikendalikan karena ini luka,” ujarnya.

Khamelia mengungkap bahwa dari paling banyak kasus yang ditemukan pada remaja. Remaja sendiri kata dia tidak memiliki kemampuan untuk meregulasi emosinya sehingga kasus menyakiti diri sendiri cukup besar di kalangan remaja. 

“Kalau punya anak kecil usia 3 tahun jatuh kemudian ‘enggak apa-apa enggak apa-apa’ itu sebenarnya dia meregulasi emosinya. Remaja yang self harm tidak memilki kemampuan meregulasi emosi menenangkan diri karena dia dalam keadaan disable,” ujarnya.

Selain itu ada beberapa orang yang sempat mengalami perasaan tidak menyenangkan tentu akan melakukan berbagai reaksi. Seperti ada yang berdzikir atau meminum air mineral, namun ini tidak berlaku pada orang yang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri. 

“Orang yang self harm ini enggak punya ini. Salah satu cara meregulasi emosi dirinya adalah menyakiti tubuh. Sampai kita mengajari dia cara meregulasi emosi dia yang baik dia tidak akan melakukan cara itu lagi,” ujarnya.

Maka dari itu kata Khamelia, orang yang memiliki masalah mengenai hal itu harus ditolong. 

“Itu harus ke psikolog psikater supaya diajarin lagi, karena rupanya waktu kecil tidak diajari menenangkan diri,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya