Ini 10 Dosa Orang Tua Terhadap Anak Menurut Syekh Ali Jaber, Nomor 3 Sangat Umum

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak.
Sumber :
  • Freepik/freepik.diller

Jakarta – Ternyata bukan anak saja yang bisa durhaka kepada orang tua, tetapi orang tua bisa saja berbuat dosa kepada anak jika melakukan tindakan-tindakan jahat yang melukai anak. Seperti layaknya manusia biasa pada umumnya yang tak lepas dari dosa.

KPAI Sebut Anak-anak Rentan Jadi Objek Politik Selama Tahapan Pilkada 2024

Rasulullah SAW bersabda pada hadits tentang orang tua yang menelantarkan anaknya, “Seseorang dikatakan telah cukup berbuat dosa bilamana menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya,” (H.R. Abu Daud dan Nasa’i).

Jadi, orang tua tidak boleh memperlakukan anak seenaknya, begitu juga sebaliknya. Menjadi orang tua adalah petualangan seumur hidup. Segala kebutuhan anak adalah kewajiban orang tua. Seperti kebutuhan pendidikan, makanan, hingga kasih sayang harus diberikan karena sudah menjadi kewajiban.

Israel Tahan 270 Anak Palestina dengan Kondisi Memprihatinkan, Menurut Komisi Urusan Tahanan

Lantas, apa saja dosa orang tua terhadap anak yang memengaruhi tumbuh kembang secara fisik dan kejiwaan? Ini menurut mendiang Syekh Ali Jaber soal dosa orang tua terhadap anak, dikutip dari situs Dompet Shuafa.

1. Suka mencaci-maki

UNRWA: Gaza Telah Menjadi Kuburan bagi Anak-anak Palestina

Marah adalah salah satu emosi dasar manusia dan seringkali tida bisa dihindarkan. Namun, sebagai manusia yang memiliki akal diberi kemampuan untuk mengontrol hawa nafsu.

Seseorang yang mudah tersulut kemarahan dapat merusak hubungan kesehatan fisik dalam jangka panjang. Jika orang tua sedang emosi, maka jauhkan diri dari anak. Jangan jadikan anak korban akibat pelampiasan emosi yang tidak terkontrol. Kurang dari lima detik berkata kasar, namun efeknya bisa seumur hidup.

2. Menghina anak

Menghina anak di depan orang banyak juga merupakan dosa orang tua terhadap buah hatinya. Mungkin, niat orang tua berniat agar anak kapok melakukan kesalahan, tapi itu hal yang keliru. Sebab, anak akan merasa minder dan menahan malu.

Syekh Ali Jaber pernah menyelipkan sebuah contoh yang merupakan hasil observasi dari sekitarnya. “Contoh, pas jemput anak ke sekolah. Malah ada yang pernah berkata saking menghina anaknya, ‘saya heran bagaimana punya anak seperti kamu?’ apalagi di depan orang, di depan kawan-kawan."

Anak bisa saat itu tidak menangis di depan orang tua, tapi ia sudah mati rasa. Akhirnya menjadi hati kecil, lalu orang tua susah membina anak untuk menjadi anak sholeh atau sholehah karena hatinya sudah hancur terlebih dahulu.

Itulah yang namanya durhaka orang tua kepada anak. Sebelum anak durhaka kepada orang tua,” ujarnya.

Untuk para orang tua, kalau ada sebuah perilaku yang tidak bisa kita terima, kita bisa memberi nasihat tidak di depan orang lain.

Ada perbedaan tipis antara nasihat dan fadhihah. Nasihat adalah mengingatkan dengan cara yang baik, sementara fadhihah membukakan aibnya di hadapan orang.

3. Membandingkan anak dengan orang lain

Ilustrasi orangtua dan anak.

Photo :
  • Pixabay/ParentiPacek

Di dalam lubuk hati para orang tua, mungkin sudah tahu bahwa membandingkan anak dengan orang lain akan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Dengan membandingkannya, anak akan kecil hati.

Selain itu, anak bisa jadi benci dengan orang tersebut, sehingga akan selalu berlawanan. Situasi akan semakin gawat saat anak dibandingkan dengan saudara kandungnya sendiri.

Di mana ketemu kalau diajak main enggak mau karena orang tua selalu membandingkan, apalagi kalau anak punya adik-adik yang lain,”.

4. Mendoakan yang buruk

Dosa orang tua terhadap anak lainnya yaitu mendoakan yang buruk. Saat sakit hati, lebih baik diam untuk menahan diri dari mendoakan yang buruk.

Rasulullah SAW melarang orang tua mendoakan anaknya buruk. Apabila Allah kabulkan, maka bisa menyesal. Penyesalan datang di akhir.

5. Suka membongkar aib anak di hadapan orang lain

Ini adalah dosa yang seringkali terjadi di masyarakat. Hal ini biasanya terjadi saat para ibu-ibu berkumpul. Supaya terasa asik, terlontarlah obrolan dengan perkataan yang sesungguhnya itu aib, seperti orang tua membongkar aib anak di hadapan orang lain. 

Seperti manusia pada umumnya, anak memiliki perasaan dan akal untuk memproses lawakan yang benaran lucu atau mengolok-olok. Ada banyak bahan obrolan lain untuk membesarkan hati anak, jangan mengumbar aibnya yang masih dapat diperbaiki.

6. Cinta dengan syarat

Ilustrasi orangtua bicara kepada anak.

Photo :
  • Unsplash

Cinta orang tua kepada anak harus tulus, bukan cinta dengan syarat. Cinta dengan syarat akan menanamkan kepada anak bahwa dirinya harus memenuhi syarat ideal untuk disayang oleh orang tuanya. Seolah-olah, cinta yang orang tua tunjukkan kepadanya tidaklah ikhlas. 

Mungkin anak hanya diam karena ia belum mampu menyampaikan perasaannya. Meskipun begitu, orang tua harus bisa peka karena anak menyampaikan perasaan dari tindakan dan perilakunya. 

Begitu dia melihat seorang yang memberikan perhatian dan kasih sayang, biarpun orang itu bukan keluarganya, ia akan ke sana. Hal ini terjadi karena ia seperti kehilangan rasa sayang di rumahnya sendiri.

7. Menyampaikan informasi yang salah

Menyampaikan informasi yang salah juga termasuk dosa orang tua terhadap anak. Anak itu adalah peniru ulung dan seperti sponge. Orang tua mesti memilah informasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap anak.

Contohnya yaitu informasi bahwa laki-laki tidak boleh menangis atau saat anak menangis, orang tua seketika menyentak dengan ucapan ‘jangan cengeng!’

Padahal, siapapun bisa menangis saat merasa sedih, terharu, dan emosi lainnya. Penelitian dari Harvard Medical School menyatakan menangis sebagai mekanisme untuk melepaskan stress dan rasa sakit emosional. Menangis juga menguatkan ikatan batin antara keluarga.

Penelitian menemukan bahwa saat perasaan sulit terlalu disimpan di dalam diri, akan berdampak buruk bagi kesehatan. Tubuh akan terasa kurang tangguh, penyakit kardiovaskular, hipertensi, hingga kesehatan mental yang menurun, seperti stres, depresi, dan kecemasan.

Laki-laki tidak boleh nangis, siapa yang bilang? Bapak-bapak nangis kan? Berarti boleh laki-laki nangis. Biarin dia nangis. Itu mengakibatkan sakit jiwa karena setiap mau nangis ia tahan. Itu akibat informasi (pengetahuan) yang salah. Akhirnya ia tahan-tahan, jadi beban, lama-lama sakit jiwa. Jangan dianggap sepele,” ujar Syekh Ali Jaber pada ceramahnya.

8. Memberikan ancaman

Biasanya, anak yang tidak nurut akan memberikan ancaman. Dari sisi psikologi sampai jiwa, anak mampu menguasai tujuh bahasa di masa emas usia 2-7 tahun. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan yang luar biasa.

9. Selalu melarang tanpa sebab

Hindari mematikan nalar kritis anak saat bertanya. Saat orang tua melarang, cobalah untuk menjelaskan sebab dan akibatnya. Dengan demikian, anak jadi belajar konsekuensi.

Kalau anda mau larang tolong jelaskan sebabnya. Contohnya enggak boleh nonton TV sampai malam karena nanti mengganggu matamu,” tuturnya.

10. Menghancurkan perasaan atau kepercayaan diri anak

Berhati-hatilah ketika berkata. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (Hadist riwayat Bukhari)

Mengatakan kalimat buruk kepada anak dapat menyebabkan kepercayaan dirinya runtuh. Efeknya pun bisa bertahan hingga ia dewasa. Ia merasa tidak dicintai, tidak mengetahui harga dirinya, minder, hingga menarik diri dari lingkungan sosial.

Itulah sederet dosa orang tua terhadap anak yang bisa menimbulkan efek berkepanjangan. Semoga, artikel ini bermanfaat dan sebagai orang tua bisa meninggalkan sikap-sikap negatif, dan mencintai anak dengan tulus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya