Jangan Keliru, Demam Anak Turun saat Kena Demam Berdarah Ternyata Pertanda Kritis
- Pixabay
VIVA Parenting – Demam berdarah atau dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue melalui gigitan nyamuk. Jenis nyamuk yang paling sering menyebarkan dengue adalah aedes aegypti.
Semua orang baik tua maupun muda bahkan bayi, berpotensi untuk terkena penyakit demam berdarah. Benarkah? Scroll untuk mengetahui jawaban lengkapnya.
"Siapa yang bisa kena? Semua orang bahkan bayi yang baru lahir," kata Spesialis anak, Dr.dr. Anggraini Alam, Sp.A (K) dalam acara Takeda: Ringgo & Sabai Ajak Masyarakat Waspada Demam Berdarah Ayo #3MPlusVaksin di Raffles Hotel Jakarta Selatan, Rabu 31 Mei 2023.
Namun, diungkap oleh Anggraini, demam berdarah ini paling banyak dialami oleh anak-anak. Mengapa demikian? Hal ini lantaran mobilisasi anak-anak yang cukup tinggi.
"Anak itu paling berdampak mau kena terkena dengue, mau kematian. karena anak ke mana-mana, di manapun berada," jelas dia.
Lebih lanjut, Anggraini mengatakan, hal yang paling ditakutkan dari demam berdarah yang menyerang anak-anak adalah karena dampaknya akan jauh lebih buruk jika yang terserang anak-anak.
"Kematian tertinggi demam berdarah itu bukan karena trombositnya yang rendah. Dengue yang kita takutkan itu kalau pembuluh darah si pasien bocor. Pembuluh darah itu seperti berlubang bocor cairan keluar. Anak-anak itu presentase tubuhnya lebih besar adalah cairan. Kalau bocor, sulit buat mereka. Itulah mengapa dampaknya lebih buruk dibanding orangtua," kata dia menjelaskan.
Di sisi lain, beberapa tanda atau gejala yang perlu diwaspadai saat seorang terkena demam berdarah itu didominasi oleh demam tinggi yang tiba-tiba.
"Ada tiga fase, fase pertama demam dua hingga tujuh hari. Ada fase kritis, ini berlangsung tiga hingga tujuh. Kemudian fase penyembuhan 5 hingga 9 hari. Tapi perlu diperhatikan di setiap fase mempunyai masalah masing-masing," kata dia.
Anggraini melanjutkan, pada fase demam perhatikan, bisa saja menimbulkan kejang pada anak karena kurang cairan. Sementara pada fase kritis juga bisa menyebabkan syok perdarahan yang bisa menyebabkan kejang-kejang sampai menyerang ke otak.
"Kita tidak bisa prediksi bisa jelek atau tidak. Perlu juga diperhatikan bahwa ketika demam turun di sanalah kita harus berhati-hati. Ini tanda bahaya, karena orangtua berpikir demam anaknya turun. Justru tidak, demam turun justru ada di fase kritis," jelas dia.