IDAI: Metode Peluk Kanguru Ampuh Atasi Hipotermia Anak saat Cuaca Ekstrem

Ilustrasi ibu dan bayi.
Sumber :
  • Pixabay/sheldoni

VIVA Parenting  – Perubahan cuaca yang cukup ekstrem dapat berdampak pada kondisi kesehatan anak, salah satunya gejala hipotermia atau penurunan suhu tubuh yang drastis. Paparan cuaca ekstrem dari perubahan iklim yang terjadi beberapa pekan terakhir ini membuat anak berisiko mengalami perubahan suhu tersebut sehingga memicu kepanikan orang tua.

Berencana Liburan di Labuan Bajo Jelang Nataru, BMKG Keluarkan Imbauan Waspada Cuaca Ekstrem

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau agar orang tua tak panik ketika anak mengalami gejala hipotermia di rumah. Pada dasarnya, orang tua dapat melakukan metode sederhana dengan aktivitas kontak antar kulit atau peluk kanguru.

"Seperti halnya anak kanguru yang menempel pada tubuh sang induk, metode ini bisa meningkatkan suhu tubuh dan menurunkan risiko hipotermia sehingga anak-anak terhindar dari kematian," ungkap Ketua Satuan Tugas Bencana IDAI, dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed., Sp.A(K), dalam Webinar, Selasa 2 Mei 2023.

Anggota DPR Dukung Langkah Menkopolkam Lindungi Pelajar Dari Bahaya Judi Online

Menggendong bayi

Photo :

Dijelaskan dokter Taufiq, perubahan iklim yang ekstrem ini terjadi berdampak pada suhu bumi yang berujung pada masalah kesehatan anak. Suhu bumi ini tak melulu cuaca panas, tapi juga dingin yang ekstrem sehingga membuat kondisi kesehatan anak ikut berubah. Ada pun cuaca ekstrem ini juga memicu terjadinya bencana alam seperti badai, banjir hingga kekeringan yang pada akhirnya ikut memengaruhi kondisi anak.

Cuaca Ekstrem Datang, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?

"Anak-anak menghirup lebih banyak udara dan bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya. Ini sangat berbahaya kalau terjadi kebakaran hutan. Mereka juga banyak bermain di luar rumah, sehingga bila terjadi cuaca ekstrem maka risikonya mudah dehidrasi atau bisa kematian kalau terlalu panas atau dingin," terangnya.

Secara medis, anak yang masih di masa tumbuh kembang tak memungkinkan menghindari kondisi kegawatdaruratan sebagai dampak dari cuaca ekstrem tersebut. Sebut saja, ketika banjir atau badai terjadi maka anak-anak lebih rentan mengalami bahaya dibanding orang dewasa. 

Saat bencana alam muncul, anak-anak juga semakin berisiko mengalami penyakit menular seperti diare berat yang harus dirawat di rumah sakit. Secara mental pun, anak akan merasa tidak baik-baik saja karena kesulitan adaptasi di cuaca ekstrem tersebut.

"Secara psikologis, terkadang anak-anak ingin tahu terhadap hal yang menantang. Maka ketika hujan lebat, mereka akan banyak bermain di situ sehingga bisa terseret oleh arus air hujan yang sangat ekstrem," bebernya.

Adapun, Imunitas tubuh anak harus disiapkan dalam mencegah dampak dari cuaca ekstrem ini. Langkah paling mudah dan utama adalah dengan mengingatkan anak untuk rutin mengonsumsi air mineral serta menjaga kelembaban kulit dengan pelembab kulit. Selain itu, dianjurkan mengonsumsi deret makanan yang mampu memberi cairan tubuh lebih banyak.

“Kalau masalah makanan, tentu saja di cuaca ekstrem seperti ini hal pertama yang harus diperhatikan adalah hidrasi,” kata Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso dalam Webinar, Kamis 27 April 2023.

Dokter Piprim tak menampik bahwa arahan sebelumnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memperingati munculnya cuaca ekstrem. Suhu panas di Indonesia itu diakibatkan terjadinya gerak semu matahari yang sebenarnya termasuk dalam siklus biasa setiap tahunnya.

"Khawatirnya cuaca panas ini anak bisa mengalami dehidrasi berat sampai mimisan," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya