Gelombang Panas Picu Anak Dehidrasi Hingga Mimisan, Begini Anjuran IDAI
- Freepik/rawpixel.com
VIVA Parenting – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) turut menyoroti gelombang panas yang memicu cuaca semakin ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama pada anak. Bukan tanpa alasan, cuaca panas ekstrem ini dapat berdampak pada kesehatan si kecil yang menghambat aktivitasnya sehingga para orangtua patut menjaga imunitasnya.
Imunitas tubuh anak harus disiapkan dalam mencegah dampak dari cuaca ekstrem ini. Langkah paling mudah dan utama adalah dengan mengingatkan anak untuk rutin mengonsumsi air mineral serta menjaga kelembapan kulit dengan losion kulit. Selain itu, dianjurkan mengonsumsi makanan-makanan yang mampu memberi cairan tubuh lebih banyak. Scroll untuk info lengkapnya.
“Kalau masalah makanan, tentu saja di cuaca ekstrem seperti ini hal pertama yang harus diperhatikan adalah hidrasi,” kata Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso dalam Webinar, Kamis 27 April 2023.
Dokter Piprim tak menampik bahwa arahan sebelumnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memperingati munculnya cuaca ekstrem. Suhu panas di Indonesia itu diakibatkan terjadinya gerak semu matahari yang sebenarnya termasuk dalam siklus biasa setiap tahunnya.
"Khawatirnya cuaca panas ini anak bisa mengalami dehidrasi berat sampai mimisan," tuturnya.
Maka dari itu, orangtua dianjurkan menjaga si kecil dari paparan langsung sinar matahari di luar ruangan atau sebisa mungkin hanya sedikit beraktivitas di luar ruangan. Kebutuhan cairan dan elektrolit melalui air mineral dan makanan bergizi juga paling utama dalam menjaga imunitas anak agar tak mudah terserang penyakit.
Dokter Piprim menyarankan, sejumlah makanan yang membantu menjaga imunitas anak terdiri dari jenis protein hewani dan sayuran hijau. Jenis protein hewani yang paling mudah dijangkau dan diolah adalah telur, ikan, atau daging.
Hindari juga makanan olahan dan cepat saji karena berisiko pada kandungan gula yang tinggi sehingga berdampak pula pada imunitas anak. Selain itu, durasi tidur yang cukup dan berkualitas seperti delapan jam sehari untuk anak usia 12 tahun ke atas. Dengan memastikan waktu tidur cukup, maka imunitas tubuh pun lebih baik.
“Istirahat itu bisa dicicil misal tidur malam plus tidur siang, tapi kualitas tidurnya harus bagus. Jangan sampai anak sekarang malam-malam selalu nonton gadget, lampu kamar sudah mati tapi masih asyik main di bawah selimut. Ini masalah di situasi sekarang karena kebutuhan cukup tidur jadi terganggu,” ujarnya.
Piprim mengimbau agar orangtua memantau anak, khususnya remaja, yang mulai terpapar gadget sehingga dapat mengurangi kebutuhan tidurnya. Selanjutnya, dokter Piprim mengajak agar orangtua aktif bergerak sehingga anak tergerak untuk ikut olahraga yang bisa dilakukan di dalam ruangan seperti push up dan squat yang bertujuan membantu melancarkan peredaran darah anak.
“Kalau peredaran darah bagus, itu peredaran sistem imun kita juga bagus. Jadi sel-sel untuk imunitas kita senantiasa aktif di seputar tubuh kita, namanya peredaran sistem limfatik itu kita tahu terkait dengan imunitas. Kalau orang banyak gerak, sistem imunitasnya akan aktif," tandasnya.