Si Kecil Sering Buang Sampah Sembarangan, Yuk Ajari 3 Trik Jaga Kebersihan Alam

Ilustrasi daur ulang sampah.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Lifestyle – Orangtua dan keluarga memiliki peran utama dalam menyediakan lingkungan yang menyenangkan bagi anak-anak untuk belajar tentang alam dan menikmati hidup di dunia yang asri.

Sidak TPA Muara Fajar, Menteri LH Tegaskan Pemda Harus Gercep Tangani Masalah Sampah

Kendati begitu, tumpukan sampah yang kerap menganggu di berbagai daerah menimbulkan bencana alam sehingga akan sulit dinikmati bagi generasi selanjutnya. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Pendidikan lingkungan dimulai dengan menanamkan rasa mencintai dan menghargai makhluk hidup selain manusia. Bumi, tempat kita tinggal, sudah seharusnya dirawat dengan baik.

Kegiatan Tukar Sampah Jadi Susu, Berikan Peluang bagi Warga Menukar Botol Plastik Bekas

Alih-alih merawatnya, banyak yang justru merusak keindahan alam yang membuat generasi selanjutnya tak bisa lagi menikmati semesta. Untuk itu, penting bagi mengajak si kecil dalam memilah sampah agar bijak dalam menjaga dan merawat keindahan alam.

Ilustrasi tempat sampah.

Photo :
  • Pixabay/Romi
Ekonomi Sirkular melalui Bank Sampah Sebagai Solusi Mengurangi Limbah

Ada beberapa hal yang bisa digarisbawahi mengenai cara-cara menumbuhkan perilaku bertanggung jawab si kecil terhadap sampah kepada anak sejak dini.

Berikut 3 cara mengajari si kecil bertanggung jawab dengan sampahnya:

Memberikan Contoh

Sangat penting untuk masing-masing dan menanamkan nilai-nilai dasar universal kepada anak-anak sedini mungkin, termasuk bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.

Jadi, pada usia berapa kita harus mengenalkan mereka pada nilai-nilai seperti itu? Menurut Reti, dalam tahap tumbuh kembang anak, anak mulai memiliki kemandiriannya sendiri saat berusia 1,5 tahun.

Ilustrasi sampah plastik.

Photo :
  • Freepik

Artinya mereka sudah memiliki kemauan sendiri, dan kita harus mulai menanamkan nilai-nilai tersebut sebelum mereka mencapai 1,5. Tapi bagaimana tepatnya kita mengajar mereka? Jawabannya sederhana: dengan memberi mereka contoh.

"Anak-anak melihat, anak-anak melakukannya. Pada dasarnya, anak-anak akan meniru apapun yang kita lakukan dan katakan. Oleh karena itu, kita harus menyadari sepenuhnya tindakan dan kata-kata kita karena itulah yang akan ditiru oleh anak-anak kita," ujar Psikolog Klinis Anak dari Rumah Dandelion, Reti Oktania, M.Psi, dalam keterangannya.

Merangsang Indera Tubuh

Reti Oktania juga mengatakan bahwa sejak dini, anak-anak mengetahui bahwa dunianya dipenuhi dengan rangsangan indrawi. Oleh karena itu, hal yang paling mendasar dari proses belajar anak adalah merangsang dan mengaktifkan panca inderanya, karena melalui panca inderanya anak akan mengambil dan mengolah sesuatu dari lingkungannya.

"Misalnya, jika kita ingin memupuk kecintaan mereka pada alam, kita bisa mulai dengan sekadar mengajari mereka perbedaan antara daun, kertas, kayu, batu, dan pasir. Kegiatan ini akan merangsang indra peraba mereka dan memudahkan mereka untuk belajar memilah sampah di kemudian hari," katanya.

Selain itu, prompt juga penting. Prompt dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang berfungsi sebagai pengingat, dan dapat dikategorikan menjadi dua: verbal dan visual.

Arsip Foto - Tempat sampah pilah di Jalan Medan Merdeka Selatan.

Photo :
  • ANTARA/Livia Kristianti/am.

Verbal prompt artinya kita mengingatkan anak kita melalui kata-kata yang diucapkan, sedangkan visual prompt bisa berupa gambar atau poster yang dipasang di seluruh rumah untuk membantu mereka belajar lebih baik.

Apresiasi dan Konsekuensi

Ketika anak sudah mulai mempraktekkan nilai-nilai edukasi sampah yang telah kita ajarkan, maka kita perlu mulai memberikan apresiasi terhadap perilaku tertentu yang mereka lakukan.

Dengan begitu, mereka akan tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar untuk dilakukan, misalnya ketika mereka membawa tumbler sendiri, atau ketika mereka memasukkan kertas bekas ke tempat sampah kertas.

Di sisi lain, jika apa yang mereka lakukan belum sesuai dengan apa yang kita ajarkan, ajari mereka tentang konsekuensinya. Konsekuensi dapat dibagi menjadi dua jenis: alami dan logis. Misalnya, jika seorang anak menumpahkan air, maka dia bisa terpeleset.

Sedangkan konsekuensi logis lebih seperti sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, tetapi dapat diprediksi secara logis. Misalnya, ketika kita bepergian dan kita lupa membawa botol air sendiri, maka akibatnya adalah kita mungkin haus dan sulit untuk membeli air.

Sampah plastik, termasuk botol plastik masih menjadi isu penting sekaligus tantangan bagi Indonesia dan perlu menjadi prioritas semua pihak, sebab dapat berdampak luas terhadap ekosistem laut dan kesehatan manusia.

Dari 10 juta metrik ton sampah yang terhanyut ke laut, 10 persennya berasal dari daratan. Padahal, jika diolah dengan baik, sampah plastik daur ulang dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik. 

Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi serta komitmen dari semua pihak untuk mengatasi permasalah sampah plastik agar bisa dikelola atau didaur ulang baik.

Termasuk dengan program Blackmores Peduli ‘Tukar Botol' oleh PT Kalbe Blackmores Nutrition, di mana Blackmores Indonesia telah berhasil mengajak masyarakat mengumpulkan 3783 botol plastik bekas vitamin yang nantinya akan dikelola atau didaur ulang sehingga tidak menambah angka sampah plastik yang mengotori laut. 

"Sejalan dengan target pemerintah dalam menurunkan sampah plastik di laut hingga 70% pada tahun 2025, Blackmores Indonesia telah menjalankan program Blackmores Peduli ‘Tukar Botol’ yang merupakan langkah bersama untuk mempermudah masyarakat mengelola sampah botol plastik untuk kualitas lingkungan dan kehidupan Indonesia yang lebih baik," ujar Country Head Kalbe Blackmores Nutrition, Dickson Susanto.

Selanjutnya, botol-botol plastik yang telah terkumpul tersebut akan dikelola dan didaur ulang oleh eRecycle (organisasi pengelolaan daur ulang sampah plastik), guna mencegah sampah botol plastik mencemari laut.

Blackmores berharap, inisiatif kolaborasi yang dilakukan melalui program Blackmores Peduli ‘Tukar Botol’ dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk bekerjasama memperbaiki kualitas lingkungan, terutama ekosistem laut.

“Kedepannya, Blackmores Indonesia berkomitmen untuk terus berkontribusi menjaga laut tetap bersih untuk sekarang dan masa depan. Sebab, kami meyakini jika semakin banyak orang yang peduli untuk menjaga lingkungan, maka kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat Indonesia akan dapat terjaga,” tutup Dickson Susanto.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya