Tips Aman Dokter Atasi Demam Bayi ASI Eksklusif Tanpa Obat Sirup

Ilustrasi obat sirup/obat batuk.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Parenting – Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengimbau para orang tua untuk berhenti menggunakan obat sirup sementara. Hal itu terkait dengan cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang diduga kuat menyebabkan gangguan ginjal akut (GGA) pada ratusan anak.

Menegangkan, Polri Evakuasi Ibu dan Bayi di Gang Sempit saat Banjir Bandang di Sukabumi

Untuk mencegah bertambahnya kasus GGA pada anak, Piprim mengimbau orangtua untuk bijak dalam menggunakan obat medis, khususnya jenis sirup. Pada bayi yang masih eksklusif ASI, Piprim menyebutkan bahwa tindakan orangtua ketika anak demam, bergantung usia bayi tersebut dan tak serta merta mengharuskan pemberian obat sirup.

"Bayi masih ASI, demam, tergantung usia. Kalau bayi satu bulan demam, perlu evaluasi secara cermat ada indikasi infeksi menyeluruh seperti sepsis," kata Piprim dalam konferensi pers daring, Rabu 9 November 2022.

Ketahui Gejala Kernikterus pada Bayi, Pentingnya Deteksi Dini!

Di sisi lain, Piprim mengingatkan bahwa saat bayi demam dengan usia di atas 3 bulan, namun suhu tidak terlalu tinggi, pilihannya bisa dengan pemberian cara tradisional. Salah satunya dengan kompres hangat atau langsung merendam anak di air hangat.

Ilustrasi bayi sehat.

Photo :
  • http://karenmcelroy.com.au
Sopir Pikap Tabrak Pemotor hingga Tewaskan Bayi di Jaksel jadi Tersangka dan Langsung Ditahan

"Bayi atas 3 bulan, anget aja, anak ceria, masih lincah, skin to skin bisa atau rendaman air hangat. Kalau terpaksa demam tinggi banget, bisa beri obat tablet yang dipecah. 10 kilogram berat badan anak, seperempat tablet gerus dengan madu," jelasnya.

Apabila suhu demam masih terus tinggi dan tak menurun usai diberikan berbagai terapi tersebut, Piprim menganjurkan pemberian obat pereda demam yang diberi dari anus. Namun Piprim menegaskan, pemberian obat medis sejatinya adalah jalan terakhir setelah berbagai terapi lain dijalani.

"Prinsipnya, obat jalan terakhir. Demam selama anak masih pecicilan, yang penting (obatnya) istirahat. Demam itu kan situasi kondusif untuk penghancuran virus, nggak perlu hambat buru-buru. Kalau anaknya ada terganggu, demamnya tinggi sekali, baru kita beri obat," tutur Piprim.

Wakil ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Prof Keri Lestari pun menjelaskan agar orangtua harus terus menerus memantau kondisi anak dengan kondisi demam yang masih di bawah 38, tak perlu dulu diberikan obat medis. Apabila butuh obat, sebaiknya beri obat jenis puyer yang diberi madu agar anak merasa lebih nyaman.

"Dibikin semacam sirup dadakan di dalam sendok dikasih air sedikit dan madu jadi seperti minum air madu. Tips itu bisa digunakan dalam kondisi darurat agar nyaman mengonsumsi puyer," jelasnya.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Bandung itu mengatakan bahwa hingga saat ini obat sirup belum dijual kembali di berbagai apotek. Hal itu lantaran masih ada kekhawatiran meski pun sudah ada daftar obat aman dari BPOM.

"Sampai saat ini di apotek itu banyak sekali yang belum mau jual (obat) sirup, apapun itu sirup enggak pada mau jual karena khawatir dengan kondisi yang masih up and down seperti sekarang," ujar prof Keri.

"Tips untuk saat ini melihat ada potensi EG dan DEG kalau itu bahan dasarnya air ya, dan misalkan kususnya ibuprofen dan parasetamol itu memang ada potensi, karena pada dasarnya parasetamol tidak larut dalam air, kemudian untuk meningkatkan kelarutan dalam air itu dikasih konsolven, sehingga dalam kondisi saat ini, pilih yang puyer dulu," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya