Risiko Penyakit Kronis Intai Anak Stunting, Jangan Abai Ukur Tinggi Badan Rutin
- istimewa
VIVA Parenting – Stunting merupakan kondisi ketika balita memiliki tinggi badan di bawah rata-rata akibat asupan gizi yang didapatkan dalam waktu panjang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Masalah ini tidak bisa dianggap sebelah mata sebab berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.
"Risiko terkena penyakit kronis tinggi. Anak stunting memiliki probabilitas kematian tiga kali lipat akibat penyakit," ujar Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, drg. Widyawati dalam konferensi pers virtual Herbalife Indonesia. Scroll untuk simak selengkapnya.
Menurutnya, sebagai salah satu masalah kesehatan nasional, stunting perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta hingga tingkat keluarga. Intervensi yang diberikan mulai dari edukasi hingga pentingnya akses air bersih.
“Kementerian Kesehatan berfokus pada intervensi spesifik penurunan stunting, termasuk perbaikan fasilitas sanitasi, edukasi kesehatan, serta dukungan gizi," ujar drg. Wiwid, sapaan akrabnya,
Lebih dalam, intervensi diberikan mulai dari semua sekolah dan pesantren setingkat SMP dan SMA melaksanakan aksi bergizi. Selain itu, dianjurkan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali dan posyandu mampu melakukan pemantauan pertumbuhan setiap bulan.
"Diharapkan semua kader dari Kemenkes mampu mendeteksi balita dengan perlambatan pertumbuhan, serta pesan ABCDE dapat disebarluaskan sehingga masyarakat lebih paham bagaimana mencegah stunting,” kata Widyawati.
Intervensi Kementerian Kesehatan difokuskan untuk mencegah stunting pada “pesan tematik ABCDE”. Dimulai dengan A merujuk pada Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri seminggu sekali dan Ibu hamil setiap hari minimal 90 tablet selama kehamilan.
Lalu huruf B, merujuk pada Bumil teratur periksa kehamilan minimal enam kali. Kemudian, Cukupi konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia diatas enam bulan. Lalu, Datang ke posyandu setiap bulan untuk pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan.
"Dan Ekskusif ASI 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun," ujar Wiwid.
Percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Senior Director & General Manager Herbalife Nutrition Indonesia, Andam Dewi mengatakan Herbalife Nutrition sangat bangga dapat memberikan dukungan terhadap upaya pemerintah dalam memerangi stunting di Indonesia.
"Upaya ini merupakan bagian dari komitmen global Herbalife Nutrition melalui kampanye Nutrition for Zero Hunger, yang diharapakan dapat mendorong terciptanya generasi penerus bangsa yang lebih sehat," ujar Andam.
Komitmen Herbalife Nutrition dalam menanggulangi stunting di Indonesia, kata Andam, dimulai melalui kemitraan antara Herbalife Nutrition dan Herbalife Nutrition Foundation (HNF) dengan Habitat For Humanity Indonesia dalam program pembangunan fasilitas sanitasi sehat, penyediaan akses air bersih dan edukasi kesehatan bagi masyarakat di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang.
"Program ini telah berjalan sejak tahun 2019 dan bermanfaat bagi perubahan gaya hidup yang lebih sehat, diharapkan nantinya meningkatkan akses dan kesadaran akan lingkungan yang sehat dan aman yang mengarah pada perubahan pola pikir dan perilaku serta kesejahteraan masyarakat. Program ini secara langsung bermanfaat bagi 11.900 orang dan secara tidak langsung bermanfaat bagi 15.350 orang," tuturnya.
Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGBI) 2019, 27.67% anak Indonesia mengalami stunting atau sekitar 1 dari 4 anak. Meskipun angka ini sudah turun dari 37.2 % pada tahun 2013, namun tentu kondisi saat ini masih membutuhkan percepatan terlebih mengingat amanah Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 agar stunting bisa diturunkan ke angka 14% pada 2024.