Kemenkes Temukan Kerusakan Parah di Ginjal Pasien Terkait Etilen Glikol

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat saat ini terdapat total 255 kasus pasien gangguan ginjal akut dengan 143 kematian di antaranya. Mirisnya, Kemenkes mengungkapkan bahwa bagian ginjal pasien yang meninggal dunia nampak terjadi perburukan dengan terbukti munculnya cemaran bahan kimia antara lain ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Menguak Fakta Mengejutkan Transplantasi Ginjal

Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. M Syahril menuturkan bahwa proses penelusuran penyebab dari gangguan ginjal akut tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pemerintah. Selain menyingkirkan berbagai patogen, peneliti sudah melakukan biopsi pada organ ginjal pasien anak yang sudah meninggal. Scroll untuk simak artikelnya.

"Kita sudah lakukan biopsi pada ginjal anak-anak yang sudah meninggal, bahwa ginjalnya ada kerusakan akibat kelainan dari zat EG tadi. Kita sudah lakukan berbagai langkah surveilens dengan seluruh dinas kesehatan untuk data semua daerah, kabupaten untuk melaporkan semua kasus yang ada dalam rangka mempercepat penanganan," kata Syahril dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa 25 Oktober 2022.

7 Kandungan Skincare Berbahaya yang Harus Dihindari Demi Kesehatan Kulitmu!

Upaya lain yang sudah dilakukan dengan surat edaran untuk melarang pemakaian obat sirup sembari penelitian dijalani untuk mencegah penambahan kasus sekaligus mengurangi kematian akibat gangguan ginjal akut. Syahril berharap agar ke depannya, penggunaan obat sirup harus disesuaikan dengan diagnosis usai berkonsultasi dengan dokter.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Pexels/Cottonbro
Dukung Akses Perawatan Ginjal Kronis, Distribusi Mesin Hemodialisis Segera Jangkau Seluruh Indonesia

"Khususnya yang memiliki anak di bawah 18 tahun, khususnya lagi balita, untuk hati-hati memberikan obat tanpa resep atau konsul ke tenaga kesehatan," kata Syahril.

Kementerian Kesehatan bergerak cepat disamping melakukan surveilans atau penyelidikan epidemiologi, terus melakukan penelitian untuk mencari sebab sebab terjadinya Gangguan ginjal akut. Diantaranya kita sudah menyingkirkan kasus yang disebabkan infeksi, dehidrasi berat, oleh perdarahan berat termasuk keracunan makanan minuman.

Dan dengan upaya itu Kemenkes bersama IDAI dan profesi terkait telah menjurus kepada salah satu penyebab yaitu adanya keracunan atau intoksikasi obat. Pemerintah menduga akibat adanya cemaran senyawa kimia pada obat tertentu yang saat ini sebagian sudah teridentifikasi.

“Jadi kasus Gangguan ginjal akut bukan disebabkan oleh COVID-19, vaksinasi COVID-19 atau imunisasi rutin,” kata dr Syahril

Di sisi lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan akan mempercepat kedatangan Fomepizole sebagai pengobatan pasien dengan Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal atau Acute Kidney Injuries (AKI). Obat antidotum ini akan diberikan secara gratis kepada seluruh pasien.
 
Diketahui 10 dari 11 pasien AKI yang mengkonsumsi obat sirup yang diduga tercemar senyawa kimia tertentu berangsur membaik kondisinya setelah meminum obat ini selama dalam perawatan di rumah sakit rujukan RSCM.
 
“Kita bisa simpulkan bahwa obat ini (Fomepizole) memberikan dampak positif dan kita akan mempercepat kedatangannya ke Indonesia sehingga anak-anak bisa terselamatkan,” ujar Menkes saat konferensi pers di Istana Negara, dikutip dari keterangan pers, Selasa 25 Oktober 2022.

Dikatakan Menkes, pasien AKI itu semula tidak dapat berkemih (buang air kecil/BAK), bahkan dengan cuci darah tidak memberikan perbaikan bahkan sering terjadi perburukan. Namun setelah diberi obat tersebut pasien mulai bisa melakukannya sedikit demi sedikit. Tak hanya itu, pasien yang sebelumnya tidak bisa berkemih mulai berkemih dan anak yang tidak sadar mulai sadar kembali.
 
“Kita akan memberikan obatnya kepada pasien AKI secara gratis,” tutur Menkes.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya