Gangguan Penglihatan pada Anak Meningkat Sejak Pandemi COVID-19
- Istimewa
VIVA Lifestyle – Pandemi COVID-19 menguak banyak fakta baru, termasuk pada kasus kesehatan mata baru-baru ini. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) melaporkan bahwa kasus gangguan penglihatan di Indonesia dialami oleh 80 persen masyarakat dengan berbagai usia, termasuk anak-anak.
Dokter Spesialis Mata, Yeni Dwi Lestari, menuturkan bahwa kasus gangguan penglihatan meningkat 3 kali lipat sejak pandemi berlangsung. Dari data tersebut, Yeni menuturkan bahwa hal itu mesti ditangani secara serius lantaran onset yang terjadi juga dimulai sejak usia lebih muda dibanding sebelum pandemi. Scroll untuk simak artikelnya.
"Yang tadinya mulai minus seperempat di usia 3 SD, sekarang mulai di usia kelas 1-2 SD. Perlu dicermati karena progresivitas miopia dari durasi. Kalau lebih awal maka dia punya waktu miopia-nya jadi tinggi. High miopia perlu penanganan serius," ujar Yeni dalam konferensi pers Kemenkes, beberapa waktu lalu.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kasus gangguan penglihatan meningkat pada anak. Mulai dari glaukoma, kebiasaan melihat gadget terlalu lama, kebiasaan lain yang menatap dari jarak dekat, serta jarang memakai kacamata saat sudah terdeteksi miopia.
"Anak-anak dipaksa untuk sedentari life selama landemi. Melihat jauh dulu, sekarang melihatnya gadget. Waktunya juga panjang sekali. Permainan di gadget karena ada lockdown. Paparan sianr matahari berkurang padahal olahraga di outdoor itu strategi cegah angka kejadian dari mata minus," tuturnya.
Dengan pandemi, Yeni berujar bahwa aktivitas anak menjadi terbatas. Tak heran, usia anak mulai mengalami miopia pun semakin dini sehingga berisiko terhadap komplikasi miopia tinggi yang bisa berbahaya pada penglihatan.
"Dulu gadget dibatasi dengan jam sekolah, sekarang mungkin jadi tidak terbatas. Dulu orang dewasa memakai gadget dibatasi jam kantor, sekarang dikejar lewat gadget. Ada yang bilang, cara cegahnya dengan dua jam sudah pakai gadget, istirahat seperempat jam. Jangan istirahat kemudian lihat gagdet, tapi lihat jauh. Lebih namanya atur jarak mata. Itu hal-hal paling bisa mencegah," tutur Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Dr. M. Sidik, SpM(K).