Anak Joget Sensual, Awas Bahaya Bully Hingga Pedofil Mengintai
VIVA Parenting - Media sosial kian diminati lantaran berbagai konten yang ditawarkan, tak terkecuali dengan unsur komedi dan sensual. Mirisnya, anak-anak kini seolah menjadi 'korban' konten orang dewasa yang sebenarnya tanpa sadar bisa membahayakan anak tersebut.
Konten dengan unsur komedi dan bumbu sensual ditunjukkan di video singkat dalam akun gosip, Tante Rempong. Video itu menunjukkan seorang balita yang berdiri sembari dikelilingi anak-anak lain. Momen tersebut nampaknya dilakukan ketika sedang berlomba di sebuah lapangan luas.
Awalnya, hanya anak-anak lain di sekitarnya yang asik berjoget menikmati musik. Lambat laun, balita dengan gaun mini berwarna merah muda, ikut mencoba menggerakan tubuh seperti anak lainnya. Tak lama, balita itu justru mencoba gerakan baru yang kurang tepat bagi anak seusianya.
Alih-alih dihentikan, orang dewasa di sekitarnya malah semakin 'menggila'. Mereka bertepuk tangan heboh seolah menyetujui gerakan balita itu. Banyak kamera dipasang untuk mengabadikan momen tersebut. Bahkan, tak sedikit orang dewasa yang memberikan uang ke jemari balita itu seolah mendapatkan saweran atas jogetan sensual tersebut.
Psikolog anak dan keluarga sekaligus Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani Budiantini menyebut bahwa konten tersebut bisa membahayakan anak. Dengan konten berbumbu sensual, bukan tak mungkin anak diintai bahaya pelecehan seksual.
"Tentunya kalau di-upload, imej anak, persepsi orang lain terhadap anak dan keluarga. Jangan sampai juga anak jadi korban pelecehan seksual atau korban bullying di medsos," tutur Sani, kepada VIVA.
Menurut Sani, perilaku anak sebenarnya akan mencontoh orang di sekitarnya, termasuk anak yang lebih besar yang ada di depannya. Maka dari itu, orangtua yang seharusnya mampu membatasi sikap tepat dalam perkembangan sesuai usia anak.
"Karena anak itu tergantung orangtua. Anak biasanya melakukan karena diminta atau dijadikan konten oleh orangtuanya. Itu yang tanggungjawab adalah orangtua," bebernya.
Sani mengimbau agar anak diajarkan kemampuan sesuai usianya dengan tujuan untuk perkembangan dan pertumbuhannya lebih optimal. Jangan sampai, kata Sani, demi konten justru membuat anak jadi sasaran pedofil.
"Jangan sampai anak kita jadi korban, baik itu cyber bully atau jadi disasar oleh pelaku-pelaku pedofil. Terutama di sini berikan konten anak yang bermanfaat dan dampak psikologisnya juga positif," imbuhnya.