Baper Ternyata Bisa Dicegah Sejak Dini, Ini Tips Kak Seto

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak.
Sumber :
  • Freepik/freepik.diller

VIVA Lifestyle – Kata baperan alias terbawa perasan kerap diungkap oleh generasi kekinian dengan berbagai kondisi di lingkungan pertemanan. Rupanya, sikap baper ini bisa dicegah sejak dini pada anak melalui aktif mengajaknya bermain aktif. Mau coba, moms?

Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi membeberkan bahwa anak dan bermain menjadi dua hal yang tak boleh terpisahkan, meski kini sudah tergerus oleh perkembangan zaman. Bermain sendiri terbagi atas dua yakni aktif dan pasif, yang mana di masa kini anak-anak cenderung bermain pasif melalui gadget dan dinilai cenderung berlebihan dibandingkan bermain aktif.

"Dunia anak adalah dunia bermain dan itu adalah hak anak. Bermain itu ada aktif dan pasif. Aktif ya anak bergerak, apa lompat. Pasif menonton tv, teater dan drama. Itu sangat penting. Bermain aktif manfaatnya cukup banyak selain rangsang kecerdasan dan kreativitas juga perkembangan moral psikososial dan emosional," jelas Kak Seto, sapaannya, dalam acara konferensi pers Chimiland oleh Lemonilo, di Jakarta, Kamis 25 Agustus 2022.

Haru! Paula Verhoeven Izin Pamit Sementara ke Anak

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak.

Photo :
  • Freepik/senivpetro

Menurut Kak Seto, anak yang aktif bermain bisa memberikan kemampuan mengontrol emosi yang baik sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan. Bahkan, anak pun mudah bekerja sama dengan orang lain yang turut memacu kejelasan moral serta kreativitasnya.

Dijalankan Januari 2025, Anggaran Program Makan Bergizi Gratis Rp 15.000 per Anak

"Main tradisional misal, berapa sudut kecepatan dilalui, itu logika semua, maka kreativitasnya diasah. Manfaatnya luas. Kalau kena (kalah saat main), ya jujur, itu kejelasan moral. Kalau kalah juga nggak boleh baper, itu emosional diasah," bebernya.

Sayangnya selama pandemi ini, Kak Seto menambahkan bahwa ruang untuk bermain sangat minim untuk anak leluasa bergerak dan mendapat udara segar serta sinar matahari. Mirisnya, kondisi itu berdampak pada 33 persen anak yang dinyatakan depresi karena belakar daring secara berkepanjangan.

"Main sama keluarga mulai dilakukan di luar rumah jadi ini harus diapresiasi anak kembali menemukan dunia bermain, indah bisa teriak, bisa ekspresikan perasaan negatif. Kalau nggak, bisa depresi dan bisa muncul perilaku menyimpang, bullying," imbuhnya.

Ilustrasi ibu dan anak/parenting.

Photo :
  • Freepik/lookstudio

Untuk itu, CHIMILAND, sebuah acara yang menyajikan wisata bermain anak melalui berbagai mainan tradisional Indonesia, seperti balap karung, balap bakiak, tarik tambang, dan masih banyak lainnya. Acara akan diselenggarakan di Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada tanggal 27 hingga 28 Agustus mulai pagi hingga sore hari dan terbuka untuk umum.

"Gerak aktif pada dewasa ya olahraga. Kalau anak, main aktif ya permainan tradisional. Intinya, nggak usah anak jaman now 'aduh itu jadul', ini permainan fisik sangat penting untuk perkembangan jiwa anak. Unsur 5 kecerdasan yaitu kognitif, kreativitas, sosial, emosional dan moral tepadu dalam permainan," tandasnya.

Orang Tua Harus Waspada! Penyakit Pneumonia Jadi Penyebab Terbesar Kematian Pada

4 Perbedaan Pneumonia pada Anak dan Dewasa, Siapa yang Paling Berisiko Terpapar?

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pneumonia pada orang dewasa dilaporkan mengalami peningkatan signifikan. Pneumonia sering kali diawali dengan gejala ringan.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024