Moms, Pola Makan Seperti Ini Bikin Anak Berisiko Diabetes dan Jantung
- Pixabay/heikeschuchert
VIVA Lifestyle – Dalam data hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi balita stunted di Kota Pekanbaru sekitar 11 persen. Angka tersebut lebih rendah dari prevalensi stunting nasioal sebesar 24 persen.
Meski demikian, edukasi mengenai pemenuhan gizi di masa 1000HPK sebagai upaya pencegahan stunting tetap perlu dilakukan.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengungkapkan, pemilihan Pekanbaru sebagai sasaran edukasi bukan semata-mata berdasarkan data-data balita dengan stunting atau gizi buruk.
“Sasaran edukasi tidak hanya untuk daerah dengan angka stunting yang tinggi saja, namun daerah-daerah dengan angka stunting yang rendah bahkan yang nol persen stunting pun tetap perlu diberikan edukasi," jelas Arif saat sesi edukasi yang digelar YAICI dan PP Aisyiyah di Pekanbaru, belum lama ini.
"Edukasi dan penyebaran informasi harus terus-menerus dilakukan supaya kita bisa mencegah jangan sampai terjadi stunting," tambah dia.
Lebih lanjut, Arif menjelaskan hasil temuannya di beberapa daerah di Indonesia yang telah terpapar edukasi gizi.
"Ada daerah angka stuntingnya tinggi, tapi ASI eksklusifnya juga tinggi. Ada daerah yang angka stuntingnya rendah namun ditemukan kesalahan pola makan anak seperti anak terbiasa konsumsi susu kental manis sebagai minuman sehari-hari, ini memang tidak langsung terjadi stunting. Tapi pola konsumsi yang salah ini akan menyumbang gangguan-gangguan kesehatan pada anak kelak, seperti obesitas, diabetes, jantung," tuturnya.
Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Muhammad Jamil saat menerima YAICI bersama PP/PWA Aisyiyah di kantor Walikota, mengungkapkan keinginannya agar Pekanbaru bisa bebas stunting.
"Saya ingin kota Pekanbaru bebas stunting, kalau nggak bisa zero, minimal di angka 6 persen. Memang stunting harus dikeroyok, kita tidak bisa bekerja sendiri. Makanya kita bentuk tim untuk pencegahan stunting di kota Pekanbaru," katanya.
Jamil juga mengakui, kota Pekanbaru masih belum lepas dari kemiskinan yang menjadi salah satu faktor penyumbang kejadian stunting dan gizi buruk. Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai stunting serta makanan bergizi juga masih rendah.
Oleh karena itu, ia berharap hasil penelitian mengenai gizi dan konsumsi kental manis pada balita dapat menjadi masukan dalam mengatasi persoalan stunting di kota Pekanbaru.