Orangtua Wajib Tahu, Ini Bedanya Stunting dan Gizi Buruk
- Freepik/rawpixel.com
VIVA Parenting – Ketika memiliki buah hati, tentunya para orang tua ingin yang terbaik untuk buah hatinya. Salah satu permasalahan anak di Indonesia adalah stunting dan gizi. Nah perlu diketahui bahwa stunting dan gizi buruk adalah kedua hal yang berbeda.
Melalui Kemenseknag, Wapres Ma'ruf Amin memaparkan bahwa berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, angka ini menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018.
Lalu, apa bedanya stuning dan gizi buruk? Berikut penjelasannya.
Mengutip dari Kementrian Kesehatan, stunting atau kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak yang mengalami stunting anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dan sulit untuk mencerna pelajaran dan ilmu.
Sementara, gizi buruk, melansir dari National Instituteas of Health, gizi buruk sebenarnya hanya terjadi dalam waktu singkat dan hanya pada periode tertentu. Misalnya, saat mengalami musibah atau gempa bumi, anak akan mengalami asupan gizi buruk karena makanan yang dikonsumsi akan berkurang dan tidak bergizi. Bisa juga karena depresi ekonomi yang menyebabkan kelangkaan makanan dan kemiskinan yang melanda suatu daerah.
Perbedaan paling mencolok adalah, gizi buruk bersifat lebih temporal, terjadi dalam waktu yang singkat, dan pemulihan yang bisa diupayakan lebih cepat. Sedangkan stunting dapat berlangsung secara kronis dan tidak bisa diubah.
Dari fisik, anak dengan gizi buruk biasanya terlihat dari ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil. Jika telah mencapai tahap lanjut, ada kemungkinan perut anak menjadi buncit. Sementara itu, anak yang mengalami stunting adalah pertumbuhannya yang melambat. Hal ini dapat dilihat dari tubuh yang lebih pendek dan tampak lebih muda dibanding teman-teman seusianya.
UNICEF dan Valid Nutritions sepakat bahwa stunting disebut juga dengan gizi buruk kronis atau gizi buruk yang berkepanjangan. Kekurangan gizi saat stunting terjadi sejak janin dalam kandungan hingga awal kehidupan anak atau 1.000 hari pertama kelahiran.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya akses keluarga terhadap makanan bergizi seimbang, asupan vitamin dan mineral, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasilnya, anak kurang tinggi pada usia yang sama sekitar kurang dari 2 cm berdasarkan standardisasi WHO dan diikuti dengan berat badan yang kurang dari standar pada anak umumnya.
Untuk para orang tua, ada beberapa cara mencegah gizi buruk dan stunting, contohnya seperti memberi ASI eksklusif hingga 24 bulan, memberi MPASI, berikan maanan sehat dan bergizi seimbang, konsultasi ke dokter secara rutin. Khusus untuk stunting, para ibu juga harus memperhatikan asupan nutrisi selama kehamilan, patuhi jadwal imunisasi anak, rajin memantau pertumbuhan anak serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)