Waspada, Anak Sering Diare Picu Stunting dan Anemia

Ilustrasi anak diare
Sumber :
  • The Sun

VIVA Lifestyle – Diare menjadi salah satu penyakit yang rentan mengintai anak Indonesia, yang biasanya dipicu oleh pola makan kurang baik. Meski terbilang gejala ringan, namun ahli berpendapat bahwa diare yang terlalu sering bisa berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sempat Alami KDRT Depan Anak, Istri Labrak Suami Sedang Selingkuh di Tempat Umum

Penelitian terbaru South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) mendapati prevalensi anak stunted dan anemia, khususnya di antara anak-anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia, masih tinggi. Salah satu Peneliti SEANUTS II Indonesia, Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, menuturkan bahwa stunted atau perawakan pendek pada anak ditandai dengan gagalnya pertumbuhan secara terus-menerus dan bukan dalam satu waktu.

"Gagal tumbuh berarti pertumbuhan terus-menerus. Mesti aktif mengukur anak tiap bulan sampai usia 1 tahun dan setelahnya setahun," ujar Ahli Gizi Universitas Indonesia itu, dalam acara Frisian Flag Indonesia beberapa waktu lalu.

Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Penting Bagi Program PKK

Melihat pertumbuhan anak, kata dokter Dian, dimulai dari berat badannya. Selain paling mudah diukur, berat badan juga terkait dengan pola makan anak itu sendiri. Pengukuran dari waktu ke waktu, kata dokter Dian, idealnya mengalami peningkatan.

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/anak bermain.

Photo :
  • Freepik/gpointstudio
10 Ucapan Menyentuh Hati untuk Hari Anak Sedunia 2024, Penuh Semangat dan Harapan

"Sehat itu pasti tumbuh. Begitu tidak tambah berat, tapi agak berhenti, itu waspada hati-hati ada masalah pertumbuhan. Kalau sudah cukup lama, bahkan ada penurunan, khawatir tinggi badan mulai ikut. Standar defiasinya (ada di berat badan dan tinggi badan)," jelasnya lagi.

Dokter Dian mengingatkan agar para orangtua selalu mengukur anak secara berseri. Ketika anak mulai berhenti tumbuh, tandai momen tersebut. Dokter Dian menuturkan bahwa banyak faktor yang terkait dengan gagal tumbuh pada anak.

"Penyebabnya dulu. Bisa MPASI nggak sesuai, bisa lebih cepat atau lama, yang idealnya sekitar 6 bulan. Atau misal MPASI dan tidak tepat misal kurang jumlah pasti ada penurunannya. Di dua tahun pertama itu seringnya terjadi," beber dokter Dian.

Selain faktor MPASI, rupanya infeksi atau penyakit yang kerap diidap anak juga sangat memengaruhi. Termasuk juga, diare yang terjadi terlalu sering. Sebab, ketika anak infeksi atau mengalami masalah, maka kebutuhan makanannya akan lebih besar. Namun, diare dapat menghambat proses penyerapan kebutuhan makanan tersebut.

Ilustrasi anak sedang makan

Photo :
  • Pixabay/vikvarga

"Dia nggak cukup naik lalu keluar karena diare. Kebutuhan naik saat sakit untuk penyembuhan. Penyerapan juga terganggu. Faktor risiko stunting kalau sering diare. Dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 5 kali dalam sebulan. Itu salah satu faktor risiko, secara level bukti cukup tinggi," tegasnya.

Menurut dokter Dian, mencegah diare pada anak dimulai dari lingkungan dan sanitasinya. Apabila kebutuhan tersebut terjaga, diare dapat dicegah dan tumbuh kembang anak seharusnya bisa lebih baik sehingga masalah gizi pun dapat terhindarkan sejak dini.

"Lokasi tempat tinggal tidak ada akses air bersih jadi sanitasi kurang, akan jadi faktor risiko diare. Akhirnya risiko stunting," pungkas dr. Dian Novita Chandra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya